Ayat

"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap." (Yohanes 15:16)

Sejarah Yayasan



Bela Rasa dan Keprihatinan

Pelayanan kasih ala Yayasan Santo Christoforus Keuskupan Agung Pontianak (YSC-KAP) berawal dari keprihatinan dan semangat bela-rasa terhadap keluarga Katolik yang dirundung kesedihan karena kematian anggota keluarga. Tatkala kemalangan terjadi, sanak keluarga yang ditinggalkan seringkali bingung tentang tata cara untuk mengurus orang meninggal, mulai dari membeli dan menghias peti mati, menutup peti, mengangkat peti, pelayanan doa dalam tiap sesi, hingga upacara pemakaman. Di tengah kesedihan dan kebingungan, biasanya keluarga yang ditinggalkan menyerahkan pengurusan jenazah kepada orang-orang yang menjual jasa pengurusan orang mati. Menurut banyak kalangan, biaya yang harus disediakan untuk jasa komersial seperti itu lumayan memberatkan, terutama untuk keluarga kurang mampu. Lebih jauh, tata-cara pengurusan jenazah yang dilakukan seringkali tidak sesuai dengan tradisi Katolik. Kondisi ini menyebabkan kesedihan keluarga yang ditinggalkan semakin berlipat ganda.

Bertahun-tahun sebelum karya pelayanan YSC dilembagakan dalam bentuk organisasi atau yayasan, sekelompok umat Katolik telah aktif memberikan pelayanan untuk orang Katolik yang meninggal dunia. Kelompok ini melayani dalam hal merapikan jenazah, menghias peti, tutup peti, dan pelayanan doa. Mereka senantiasa siap melayani umat Katolik mana saja yang membutuhkan uluran tangan mereka tanpa harus memikirkan bayaran. Bersamaan dengan itu, ada pula sejumlah anggota Perduki (Pesekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia) bertekun dalam pelayanan melayat dan mendoakan umat yang meninggal dunia di rumah duka. Dalam pelayanan, mereka melihat seringkali keluarga duka sepi layatan, entah kunjungan orang yang datang untuk berdoa, maupun memberikan penghiburan. Perduki sendiri membuat Buku Doa Arwah untuk mendukung pelayanan ini.
Keprihatinan dan semangat bela-rasa serta teladan kasih sekelompok warga Katolik itu,  berperan besar dalam menciptakan suatu wacana pemikiran tentang perlunya pelayanan yang dikoordinasi lebih matang untuk orang yang meninggal. Pembicaraan-pembicaraan informal kelompok-kelompok kecil makin mempertajam orientasi. Sekembalinya dari retret di Cikanyere-Puncak, sekelompok anggota Perduki dan KTM (Komunitas Tritunggal Mahakudus) membawa pulang “api Roh Kudus” yang membakar semangat untuk melembagakan pelayanan khusus ini.

Para Perintis Awal

Dua pertemuan awal bisa dianggap sebagai embrio gerakan ini. Yang pertama ialah pertemuan di rumah Hermanto Mas’Oen (Ketua Perduki) pada tanggal 05 Maret 2007. Pada pertemuan ini, sebetulnya kebanyakan peserta telah memiliki keinginan yang bulat dalam hati untuk melembagakan pelayanan ini. Namun di tengah kebulatan tekad, masih ada suara yang mencerminkan keraguan apakah karya ini sungguh dapat berkelanjutan. Tak dapat disangkal, karya kasih ini membutuhkan pengorbanan dan komitmen yang besar. Yang kedua ialah pertemuan informal bersama Pastor William Chang, OFMCap di Rumah Duka Yayasan Halim pada suatu pelayanan misa requiem. Pucuk dicinta, ulam tiba. Setelah selesai acara doa, mereka menyampaikan wacana dan tekad yang sudah digodok selama ini kepada Pastor William Chang, OFMCap., Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak. Dari pertemuan informal ini, seberkas titik terang terpercik. Bersama Pastor William, mereka sepakat untuk mengagendakan pertemuan resmi untuk mematangkan tekad.

Pertemuan resmi yang direncanakan itu direalisasi pada tanggal 19 Maret 2007 di Gedung Pasifikus, dihadiri oleh 29 (dua puluh sembilan) tokoh perintis. Ke-29 perintis itu adalah: Pastor William Chang OFMCap, Hermanto Mas’Oen, Erick Buwianto,  Lim Gek Khiang, Hennyjati Gunawan, Edwin Johan, Harry Tjiptadinata,  Hendra Damdy, Vincencius Sie Foei Min, Elfrida Ngui Sui Lan, Silvia Martini, Ciu Hwa Tek, Jung Lie Po, Yohanes Tjurlento, Yohanes Budiono, Victor, Hermas Sugito, Flavianus Fexa, Drg. Soegeng Tjokro, Andreas, The Anton, Herry Suryanto, Tan Beng Tek, Fransiskus Erwin Tan, Ng Chiu Lim, Lim Lie Ngim, A Hiap, Cuk Steve Tulus, dan Thomas Hadiono.

Pertemuan ini dapat dikatakan sebagai “peletakan batu pertama” Yayasan Santo Christoforus yang kita kenal sekarang. Setelah mendengar pendapat-pendapat atau masukan, akhirnya dengan suara bulat diputuskan untuk membentuk suatu wadah yang bisa mengatur pelayanan bagi umat yang  meninggal dunia. Diputuskan juga bahwa wadah yang akan dibentuk tersebut harus bersifat sosial dan tidak mencari keuntungan (non-profit). Seperti rahmat dan berkat Tuhan kepada manusia adalah cuma-cuma, pelayanan ini juga harus diberikan secara cuma-cuma, tanpa dipungut biaya. Dalam pertemuan itu pula, dipilih dewan pengurus yang terdiri dari:

Penasehat                          :  Pastor William Chang, OFMCap
Ketua Umum                    :  Lim Gek Khiang
Wakil Ketua I                    :  Erick Buwianto
Wakil Ketua II                  :  Kardi Kahim
Bendahara                         :  Vincencius Sie Foei Min
Wakil Bendahara             :  Ng Chiu Lim
Sekretaris                           :  Edwin Johan
Wakil Sekretaris               :  Harry Tjiptadinata


Pengukuhan dari Bapa Uskup

Setelah pertemuan pertama, para perintis menggagas pertemuan-pertemuan berikutnya untuk memutuskan berbagai hal menyangkut bentuk organisasi, mekanisme dan koordinasi karya. Akhirnya diputuskan wadah itu berbentuk yayasan dengan nama pelindung Santo Christoforus dan berdiri di bawah Keuskupan Agung Pontianak. Yayasan Santo Christoforus ini kemudian dikukuhkan oleh Bapak Uskup Agung Mgr Hieronymus Bumbun OFMCap melalui Surat Keputusan  No. 750/SK/2007 yang dikeluarkan pada tangggal 15 Juni 2007.*****