Ayat

"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap." (Yohanes 15:16)

Bincang Sejenak






Bincang Sejenak Bersama
Frans Mas’Oen (Pengawas YSC)


Anda pebisnis yang cukup sibuk tetapi masih aktif di dalam Yayasan Santo Christoforus (YSC). Sebetulnya apa yang Anda harapkan dari YSC?

Umumnya Pengurus dan Anggota YSC adalah pebisnis yang sibuk setiap harinya. Tetapi karena dasar iman Kristiani kita yaitu KASIH membuat kita melihat umat manusia sebagai saudara dalam Kristus. Kita memiliki badan dan jiwa, kebutuhan badan dapat terpenuhi karena kemurahan Allah, tetapi bagaimana dengan jiwa? Kalau jiwa ini tidak terpelihara baik, apa yang akan terjadi setelah kematian?

Dalam setiap karya pelayanan, kami mendengungkan bahwa semua pelayanan YSC dari hulu ke hilir gratis, tanpa imbalan. Tetapi kenyataannya kami tetap mengharapkan imbalan tersebut tetapi bukan imbalan duniawi, melainkan imbalan surgawi yang berasal dari Kristus yang akan kami terima setelah kematian.

Saat ini YSC lagi merayakan ulang tahun ke-3. Kiat apa yang diterapkan Pengurus sehingga selama ini organisasi berjalan solid dan tetap bersemangat tinggi dalam pelayanan?

Sebagai sebuah organisasi sosial non profit, kami memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sehingga tanggung jawab setiap personal dalam organisasi tercantum jelas. Dan yang terpenting, selama ini kami menerapkan azas: melayani dengan KASIH dan SUKACITA. Kami semua adalah alat dan berkat Roh Kudus, alat ini baru berfungsi sesuai kehendak Tuhan.

Setiap kegiatan amal tentu memerlukan dana, dari mana YSC mendapatkan dana untuk operasionalnya?

Tentu saja YSC juga memerlukan dana operasional. Selama ini, dana operasional diperoleh dari para donatur yang menaruh perhatian terhadap pelayanan YSC. Sumbangan sukarela juga kadang-kadang diberikan oleh keluarga duka yang sudah pernah dilayani dan juga pengurus atau anggota YSC sendiri. Sumbangan tersebut nantinya dipakai kembali untuk melakukan pelayanan-pelayanan berikutnya.

Tetapi ada satu hal yang lebih penting dibandingkan soal dana, yakni semangat pelayanan dan kesatuan dari setiap anggota. Mereka tetap bersemangat meskipun tidak diberi honor/gaji. Kalau ada dana tetapi tidak ada yang mau melayani, maka YSC pun tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, yang dibutuhkan di sini adalah dana dan semangat pelayanan serta komitmen dari setiap anggota.
         
Apakah ambulance YSC juga mengantar jenazah sampai ke luar kota?

Sejak awal berdirinya YSC, seluruh pengurus sudah sepakat dan berkomitmen bahwa pelayanan YSC hanya sebatas kawasan Kota Pontianak dan sekitarnya yang dekat. Hal ini disebabkan karena YSC hanya memiliki satu-satunya ambulance serta keterbatasan tenaga sukarela sedangkan permintaan pelayanan relatif tinggi.

Pada Formulir Pembagian Tugas Antara Keluarga Duka/Kring dengan YSC tercantum jelas jenis-jenis pelayanan YSC. Apakah YSC juga mengurus masalah tanah pemakaman?

Pelayanan tanah pemakaman untuk keluarga duka, kita bagi menjadi 2 (dua) kategori.
Kategori 1 (khusus umat Katolik)
-          Tanah pemakaman Santo Yusuf (Sei. Raya) sepenuhnya berada di bawah otoritas Paguyuban Pemakaman Katolik Santo Yusuf. Pelayanan YSC hanya sebatas membantu mengantar jenazah ke pemakaman Santo Yusuf.
-  Apabila dibutuhkan, YSC dapat mengantar keluarga duka ke Sekretariat Paguyuban untuk menyelesaikan administrasi dan pembayaran harga tanah pemakaman tersebut. YSC tidak dapat mengurus tanah pemakaman ini sendirian, karena keluarga dukalah yang harus menentukan sendiri mau tanah pemakaman yang harganya berapa dan di blok mana. Jadi YSC tidak dapat mengurus tanah pemakaman ini tanpa didampingi oleh keluarga duka.

Kategori 2 (umat Budha atau Kong Fu Cu)
- Terkadang permintaan pelayanan YSC datang dari keluarga umat agama lain yang tidak memiliki sanak famili di Pontianak. Untuk kasus ini, pelayanan YSC hanya sebatas membantu mengantar dan melaporkan kepada Pengurus Yayasan Bhakti Suci Kota Pontianak.

Sejauh mana jenis-jenis pelayanan YSC telah diketahui dan dipahami secara jelas oleh umat Katolik di Paroki-paroki di Kota Pontianak dan sekitarnya?

Sampai saat ini, belum semua umat Katolik mengetahui bagaimana sebetulnya pelayanan yang dilakukan YSC. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bisa mengadakan sosialisasi di setiap Paroki, agar umat setempat bisa mengetahui dengan jelas apa saja yang dilayani YSC. 

Atas undangan Pastor/Dewan Paroki, YSC sudah pernah mengadakan sosialisasi di Paroki Gembala Baik, Paroki Santo Agustinus, Paroki Santa Sesilia, Paroki Santo Hieronimus dan Kring Santa Theresia Avilla. YSC  selalu siap apabila diundang untuk memberikan sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh apabila diundang oleh Pastor atau Dewan Paroki. Dan pada saat sosialisasi, diharapkan dilibatkan seluruh pengurus Kring dan Dewan Paroki setempat. *****









Bincang Sejenak Bersama

Yohanes Lim Gek Khiang (Ketua Umum YSC)



Bagaimana ceritanya sehingga Anda bisa bergabung dalam pelayanan Yayasan Santo Christoforus  (YSC) hingga terpilih menjadi Ketua Umum?       



Saya dibaptis pada tanggal 09 Desember 2004. Di tahun-tahun awal sesudah dibaptis, saya belum terlibat dalam pelayanan. Tetapi puji Tuhan, saya mempunyai seorang pendamping atau isteri yang sebelumnya memang sudah terlibat dalam berbagai pelayanan. Dan ia selalu berdoa kepada Tuhan, agar pada suatu hari, kami bisa diberi kesempatan untuk bisa melayani-Nya bersama-sama. Tetapi sejak Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia (Perduki) terbentuk di Pontianak, dan karena isteri saya juga salah satu pengurus Perduki, saya terkadang bersama isteri mengikuti persekutuan doa tersebut. Dan setelah itu, setiap kali ada Kebangunan Rohani Katolik (KRK) yang diselenggarakan oleh setiap persekutuan doa atau komunitas yang ada di Pontianak, saya berusaha mengikutinya.

Setelah melihat pelayanan yang dilakukan oleh berbagai persekutuan doa atau komunitas, di dalam hati saya kemudian timbul satu kerinduan untuk dapat melayani Tuhan juga. Karena saya kurang bisa berdoa atau mendoakan orang lain, maka saya lebih tertarik dengan pelayanan dalam bentuk tindakan-tindakan yang nyata, terutama kepada kaum papa atau mereka yang menderita.

Pada suatu malam, saya mengantar isteri untuk mengikuti pertemuan yang diprakarsai  oleh  Perduki di Gedung Pasifikus. Pertemuan pada malam itu untuk membicarakan rencana pembentukan suatu wadah untuk melayani orang yang meninggal. Karena teman-teman di Perduki melihat saya pada waktu itu,  maka saya kemudian diajak juga untuk mengikuti pertemuan tersebut.



Setelah semua peserta menyatakan pendapat yang sama, bahwa sudah saatnya Gereja Katolik di Pontianak mempunyai suatu wadah untuk melayani umatnya yang meninggal, dan  didukung juga oleh Pastor William Chang, OFMCap, yang hadir pada waktu itu, maka pada malam itu juga diputuskan membentuk pengurus untuk wadah tersebut, dan yang pertama kali dilakukan adalah memilih Ketua Umum. Setelah melalui dua putaran pemilihan Ketua Umum, maka saya terpilih dan dipercayai untuk memimpin wadah ini. Jadi, menjadi Ketua Umum adalah hal yang di luar dugaan saya. Tetapi kalau sekarang saya pikirkan kembali, saya percaya ini adalah rencana Tuhan di dalam kehidupan saya.



Terus terang pada waktu itu saya sempat bingung, selain belum punya pengalaman sama sekali dalam hal pelayanan, juga wadah ini sama sekali masih baru, jadi belum begitu ada bayangan terhadap wadah ini. Tetapi Tuhan sungguh baik, Ia membimbing saya melalui teman-teman pengurus yang memang sudah sering terlibat dalam pelayanan, sehingga akhirnya kami mampu melakukan semua ini hingga saat ini. Melalui pengalaman di atas ini, saya sekarang sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa apabila kita melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan nama-Nya, maka Tuhan akan selalu membimbing dan menyertai anak-anak-Nya.




Dalam sebuah organisasi, penghayatan misi dan visi amat penting. Misi YSC ialah “Membantu keluarga yang mengalami musibah dalam hal kematian”. Rumusan misi yang jelas dan padat ini adalah alasan keberadaan YSC. Hingga saat ini, apa saja yang telah dilakukan YSC untuk memenuhi misi tersebut?



Selama tiga tahun berdirinya YSC, memang masih belum banyak hal yang dapat kami lakukan. Namun kami seluruh pengurus dan anggota selalu berusaha untuk dapat memberikan pelayanan terbaik bagi setiap keluarga duka yang memerlukan pelayanan. Puji Tuhan, walaupun sedikit, kami dapat ikut meringankan beban keluarga-keluarga duka yang kami layani.



Saat ada salah satu anggota keluarga yang mengalami musibah dalam hal kematian, seluruh keluarga selain mengalami kedukaan yang sangat mendalam, biasanya mereka juga bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka pun tidak tahu untuk menghubungi siapa yang bisa membantu segala prosesi kematian,  misalnya di mana bisa membeli peti, siapa yang bisa menghias peti, bagaimana menutup peti, siapa yang mengangkat peti, di mana bisa sewa ambulan, dan sebagainya.



Memang ada pihak-pihak tertentu yang menawarkan jasa untuk mengurus masalah kematian ini. Tetapi terkadang tatacara yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ajaran agama Katolik, dan juga memerlukan biaya yang besar. Bagi keluarga duka yang mampu, memang hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi bagi keluarga duka yang tidak mampu, maka hal ini akan semakin menambah beban penderitaan.



YSC terbentuk setelah melihat berbagai masalah di atas, dan kami mempunyai satu misi untuk membantu keluarga duka agar beban berat mereka menjadi lebih ringan. Saat ini kami melayani keluarga duka dalam hal mengantar keluarga duka untuk melihat dan membeli peti, membawa peti ke rumah duka, menghias peti, menutup peti, mengangkat peti saat mau dimakamkan, dan juga melayani doa saat disemayamkan di rumah duka serta menyediakan ambulan.



Kami juga menyediakan peti gratis bagi keluarga duka yang memerlukannya, sesuai standar yang telah ditentukan. Dan semua pelayanan yang kami lakukan di atas, tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Ini sesuai firman Tuhan yang mengatakan : “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Matius 10:8). Dengan demikian keluarga duka merasa terhibur dan beban mereka menjadi ringan. Jadi pelayanan-pelayanan yang telah kami lakukan di atas selama ini adalah untuk mewujudkan misi kami dalam hal membantu keluarga duka yang mengalami musibah kematian.



Visi YSC: “Mempererat tali persaudaraan antar sesama umat Katolik melalui pelayanan sosial.” Soal visi ini ke depan, sebagai Ketua Umum, kira-kira akan menjadi lembaga yang bagaimanakah YSC, misalnya 5 atau 10 tahun yang akan datang?



Kami akan tetap concern dengan visi dan misi YSC. Ke depan kami mengharapkan setiap paroki di Keuskupan Agung Pontianak akan memiliki wadah seperti YSC ini, sehingga semua umat Katolik yang mengalami musibah kematian, akan mendapatkan pelayanan terbaik saat terakhir hidupnya. Untuk anggota, kami akan selalu ingatkan akan motto YSC : “Melayani dengan kasih dan sukacita,” dan semua yang kami lakukan adalah demi kemuliaan Tuhan Yesus.

Dalam pelayanan YSC, kami melayani setiap orang yang memerlukan pelayanan kami tanpa memandang status sosial atau suku. Melalui pelayanan di YSC, secara tidak langsung kami banyak mengenal saudara-suadari yang seiman, dan bisa memperat tali persaudaraan di antara kami. Tidak hanya umat yang ada di kota Pontianak, tetapi juga umat yang dari luar kota. Bahkan yang bukan umat Katolik yang keluarganya pernah kami layani, merasa adanya persaudaraan yang erat antara umat Katolik dengan mereka. Melalui pelayanan inilah nama Tuhan sungguh-sungguh dimuliakan.

Untuk mencapai visi itu, apa saja kiat yang harus dipersiapkan dan dilakukan YSC?

Yang paling penting adalah iman dan semangat pelayanan dari seluruh anggota YSC. Maka dari itu kami akan lebih sering lagi mengadakan Misa bersama dan retret bagi seluruh anggota agar kebersamaan dan kesatuan  hati semua anggota semakin baik serta iman kami semakin berkembang.

Satu hal lagi,  kami selalu membuka pintu bagi semua orang yang ingin ikut dalam pelayanan YSC dan pengkaderan agar  fondasi YSC yang kami bangun tidak akan sia-sia dan akan semakin berkembang di masa-masa yang akan datang, sehingga siapa pun kelak yang akan memimpin YSC, pelayanan ini akan tetap berjalan dengan baik.

Supaya visi ke depan itu bisa tercapai, maka kiat yang kami lakukan saat ini adalah berusaha untuk memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada umat di setiap paroki yang memerlukan pelayanan kami. Dan di samping itu, kami juga berusaha mengajak umat di setiap paroki untuk bisa bergabung di dalam pelayanan YSC-KAP ini, sehingga ke depannya dengan pengalaman yang di dapat selama pelayanan itu, mereka bisa membentuk suatu kelompok di parokinya masing-masing untuk melayani sendiri umatnya yang meninggal.

Motto YSC: “Melayani dengan kasih dan sukacita.” Bisa dijelaskan tentang motto ini?

Mengapa motto YSC menekankan perlunya kasih dan sukacita dalam pelayanan? Kita akan lihat satu persatu. Yang pertama adalah kasih. Kasih merupakan salah satu hal yang paling penting bagi setiap orang yang ingin terjun dalam bidang pelayanan. Orang itu harus menyadari dulu bahwa Allah sungguh-sungguh telah mengasihi dia, dan untuk mewujudkan kasih dia kepada Allah, maka dia mengasihi sesama melalui pelayanan.

Kalau seseorang bisa melayani dengan kasih, maka dia akan mampu melakukan setiap pelayanan dengan penuh kesabaran, kemurahan hati, dan tidak sombong. Kalau seseorang melayani dengan cinta kasih, maka ia akan melayani dengan sepenuh hati, selalu ingin memberi yang terbaik. Kalau seseorang melayani dengan kasih, maka dia akan melayani dengan rendah hati dan  tidak sombong, karena yang terbaik bagi orang lain adalah yang terbaik bagi dia. Dan mereka yang melayani dengan kasih, lebih mudah untuk bekerja sama dengan orang lain.

Karena mengutamakan kasih itu, maka dalam pelayanan YSC, kami tidak mementingkan sudah berapa banyak orang yang kami layani, tetapi yang kami pentingkan adalah sudah berapa banyak kasih yang kami berikan sewaktu melayani. Dan kasih yang tulus tidak pernah menilai hasilnya, melainkan hanya memberi dan memberi. Karena melayani dengan kasih sangat penting, itu sebabnya Paulus berpesan kepada jemaat di Korintus : “Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!” (1 Kor. 16:14).

Yang kedua adalah sukacita. Selain kasih, mengapa kami juga harus melayani dengan dengan sukacita? Kami menyadari melayani orang yang meninggal tidaklah mudah, selain harus bergerak cepat saat dibutuhkan bantuannya, baik pagi, siang, malam, atau tengah malam, terkadang juga harus menghadapi keluarga yang dalam keadaan duka, emosinya kurang bisa dikontrol. Untuk itu seorang pelayan dituntut siap mengorbankan waktu dan perasaan.

Tetapi semua itu akan lebih mudah dilakukan kalau hati kita selalu diliputi sukacita. Sukacita yang diberikan oleh Tuhan, seperti yang difirmankan Injil Yohanes 15:11: “Supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”  Orang yang melayani dengan sukacita dalam Tuhan akan melayani dengan ikhlas dan tanpa pamrih, karena yang dipikirkan adalah menolong dan menghibur orang lain, dengan demikian beban pelayanan pun akan terasa ringan. Melayani dengan sukacita itu sangat penting. Itu sebabnya Paulus berpesan kepada jemaat di Filipi : “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).*****
    








Bincang Sejenak Bersama

Edwin Johan (Sekretaris YSC)



Bagaimana sejarahnya sampai terbentuk Yayasan Santo Christoforus (YSC) yang khusus melayani orang meninggal?


Apa yang dilakukan YSC saat ini sebetulnya bukan merupakan hal yang baru, karena sebelum adanya YSC ini, sudah ada beberapa umat yang biasa melayani orang Katolik yang meninggal. Hanya karena tidak dalam bentuk sebuah wadah, maka keberadaan mereka kurang diketahui oleh umat. Itu sebabnya, banyak umat di saat mengalami musibah kematian, tetap bingung tidak tahu harus menghubungi siapa untuk minta bantuan.



Hal ini kemudian mendorong beberapa umat Katolik, khususnya dari anggota Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia (Perduki) dan anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) sel bapak-bapak, merasa tergerak hatinya dan terpanggil untuk memberi pelayanan kepada keluarga yang mengalami musibah kematian. Selanjutnya para anggota Perduki dan KTM berunding bagaimana jika dibentuk sebuah wadah supaya pelayanan kepada orang yang meninggal bisa lebih baik dan lebih luas.



Saat sedang mematangkan rencana untuk mewujudkan wadah tersebut,  kebetulan waktu itu ada seorang umat Katolik dari luar kota yang meninggal di Rumah Sakit Santo Antonius - Pontianak. Yang meninggal ini adalah seorang ibu, suaminya sudah lama meninggal dan ibu itu mempunyai dua orang anak yang masih remaja. Keluarga ini sangat sederhana, selain masih harus melunasi biaya rumah sakit, sekarang mereka masih harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurusi ibunya yang meninggal. Karena tidak mampu membeli peti jenazah, maka  anak-anak itu memutuskan untuk membuat sendiri peti untuk ibunya dengan hanya memakai papan tripleks.



 Masalah dan beban berat yang dihadapi anak-anak itu kemudian terdengar oleh teman-teman dari Perduki,  KTM, dan beberapa umat lainnya. Lalu mereka saling berkoordinasi untuk memberi bantuan kepada anak-anak tersebut. Mereka teringat akan firman Tuhan di Injil Lukas 10:30-37 bahwa kalau seorang Samaria saja yang tidak mengenal Tuhan bisa melakukan perbuatan baik kepada sesama tanpa memandang status, mengapa kita orang Katolik yang sudah mengenal Tuhan tidak bisa membantu mereka yang sedang dalam kesusahan, apalagi kepada anak-anak yang telah yatim-piatu. Akhirnya, Perduki dan KTM serta  beberapa umat lainnya membantu keluarga duka tersebut hingga semua masalah bisa tertangani.


Setelah pelayanan kepada anak-anak tersebut, anggota Perduki dan KTM semakin bersemangat dan membulatkan tekad bahwa wadah untuk melayani orang yang meninggal sungguh-sungguh dibutuhkan oleh umat Katolik di Pontianak. Apalagi di saat situasi ekonomi yang serba sulit, sehingga kalau ada wadah ini, banyak keluarga duka yang akan terbantu.                 Pertemuan-pertemuan untuk mematangkan rencana pembentukan wadah tersebut kemudian semakin ditingkatkan, bahkan pernah pada suatu kesempatan saat ada Misa Requiem di rumah duka Yayasan Halim, rencana itu coba dibicarakan dengan Pastor William Chang, OFMCap. 




   Untuk mewujudkan rencana tersebut, akhirnya diadakanlah rapat resmi yang pertama kali pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2007, pukul 19.30 di Gedung Pasifikus. Yang menghadiri rapat pada malam itu berjumlah 29 (dua puluh sembilan) orang. Setelah mendengarkan pendapat dari masing-masing peserta, Pastor William Chang, OFMCap mempertanyakan keseriusan dari setiap peserta rapat, apakah sungguh-sungguh serius dan berkomitmen melayani umat Katolik yang meninggal dengan membentuk sebuah wadah. Karena semua peserta pada waktu itu menyatakan keseriusan dan komitmennya, maka Pastor William Chang, OFMCap mendukung keinginan yang luhur tersebut. Dan pada malam itu juga diputuskan untuk memilih Pengurus Inti yang akan mengurus wadah yang akan dibentuk tersebut.


Pengurus Inti diserahi kepercayaan untuk membentuk seksi-seksi pelayanan dan menentukan para Koordinator Seksinya. Rapat pada malam itu juga memutuskan bahwa semua pelayanan yang akan dilakuan untuk umat Katolik yang meninggal itu tidak akan dipungut bayaran alias gratis. Yayasan Santo Christoforus ini berada di bawah naungan Keuskupan Agung Pontianak, dan dikukuhkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFMCap melalui Surat Keputusan Nomor : 750/SK/2007 yang ditetapkan tanggal 15 Juni 2007. Kami percaya bahwa berdirinya Yayasan Santo Christoforus – Keuskupan Agung Pontianak ini sungguh-sungguh merupakan karya Roh Kudus, dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu mereka yang sedang mengalami duka karena ada anggota keluarga yang meninggal.



Bisa diceritakan bagaimana menemukan ide untuk memakai Santo Christoforus sebagai pelindung YSC?



 Saat wadah untuk melayani orang meninggal ini terbentuk, wadah ini belum memiliki nama. Ada beberapa nama yang coba diajukan kepada Pastor William Chang, OFMCap selaku pastor penasehat kami, tetapi nama-nama itu tidak ada yang cocok, dan Pastor menyarankan untuk memakai nama para santo atau santa saja.

Pada suatu sore, saat kami bertemu dengan Anton dan Erick Buwianto,  Anton bercerita tentang pengalamannya saat retret di Cikanyere-Puncak. Pada waktu itu saat Misa Kudus pagi di Lembah Karmel,  ia melihat seorang kakek yang kakinya sudah tidak kuat ingin naik ke kapel berdoa. Merasa kasihan, Anton kemudian menggendong kakek tersebut ke kapel, dan begitu juga menggendong kakek itu turun setelah Misa. Dipenuhi sukacita dan kebahagiaan bisa membantu kakek tersebut, Anton kemudian menceritakan pengalaman itu ke teman-temannya.



 Setelah mendengar cerita Anton di atas, tiba-tiba kami teringat dengan Santo Christoforus. Di dalam riwayat hidupnya, Santo Christoforus dikenal sebagai seorang santo yang menggendong dan memikul kanak-kanak Yesus menyeberangi sungai. Santo Christoforus juga dikenal sebagai seorang santo pelindung perjalanan.

   
Kalau dikaitkan dengan wadah yang baru dibentuk untuk melayani orang meninggal ini, maka riwayat Santo Christoforus yang memikul Yesus sangat sesuai. Dengan demikian diharapkan setiap pelayan di wadah ini sanggup melayani dan memikul orang yang meninggal. Karena Santo Christoforus  pelindung orang dalam perjalanan, maka diharapkan agar mereka yang meninggal dan sedang dilayani wadah ini, juga mendapat perlindungan dari Santo Christoforus dalam perjalanannya ke Surga. Dan kalau Santo Christoforus tetap setia melayani Tuhan dalam pewartaan Injil, maka diharapkan wadah ini juga tetap setia melayani Tuhan bagi umat Katolik yang meninggal.

Kami kemudian mendiskusikan bagaimana kalau nama Santo Christiforus itu coba diusulkan kepada Pastor. Erick Buwianto kemudian menelepon Pastor William Chang, OFMCap dan bertanya: “Apakah boleh kalau wadah ini diberi nama Santo Christoforus?” Dan Pastor William Chang, OFMCap setelah berpikir sejenak, lalu menyetujuinya. Pada tanggal 19 April 2007, nama Santo Christoforus itu dibawa ke dalam rapat pengurus, dan semua pengurus ternyata juga menyetujuinya. Sejak hari itu, wadah yang melayani orang meninggal ini dinamakan Yayasan Santo Christoforus – Keuskupan Agung Pontianak.



Bagaimana dengan logo yang dipakai Yayasan Santo Christoforus ini sekarang ini ?

Setelah wadah ini memiliki nama Yayasan Santo Christoforus, maka kami juga mulai memikirkan bagaimana dengan logo dari yayasan ini. Puji Tuhan, saat kami sedang memikirkan tentang logo tersebut, Hermanto Mas’Oen yang merupakan Ketua Umum Perduki pergi ke Singapore. Di sana beliau membeli sebuah sticker bergambar Santo Christoforus, seperti tertera di bawah ini:

Saat sticker itu dibawa pulang ke Pontianak, kami sangat senang.  Sticker itu begitu indah, berbentuk salib dan di tengahnya ada sebuah lingkaran dengan gambar Santo Christoforus yang sedang menggendong kanak-kanak Yesus menyeberangi sungai. Dengan sedikit modifikasi dan lingkaran di tengah salib itu yang awalnya kosong, kemudian ditambahkan dengan tulisan “Yayasan Santo Christoforus – KAP”, maka jadilah itu sebagai logo yang dipakai Yayasan Santo Christoforus - KAP sekarang.



Apakah pelayanan ini diperuntukkan bagi umat Katolik saja atau terbuka juga untuk orang di luar Katolik yang membutuhkan bantuan?

Tujuan membentuk YSC ini memang hanya untuk membantu umat Katolik yang meninggal, dan bukan untuk mereka yang non-Katolik. Mengapa bisa demikian? Karena kami menyadari bahwa dalam hal kematian, setiap agama mempunyai tatacara prosesi yang berbeda dan bersifat sakral adanya. Dan untuk melaksanakan hal itu, tentu tidak semua orang bisa melakukan, kecuali oleh umat mereka sendiri yang berpengalaman atau oleh pihak-pihak tertentu.

Dan khusus bagi orang Tionghoa yang bukan Katolik, di Pontianak ini ada banyak yayasan marga atau swasta yang siap menangani orang semarga yang meninggal. Semua yayasan marga itu di bawah naungan Yayasan Bhakti Suci. Dan masing-masing agama atau yayasan marga sudah ada tanah pemakamannya sendiri, dan orang luar tidak bisa mencampuri urusan pemakaman tersebut. Itu sebabnya YSC dibentuk hanya untuk melayani umat Katolik.

Tetapi walaupun begitu, dengan kehadiran YSC yang semakin dikenal di masyarakat, akhirnya YSC pernah juga diminta untuk melayani mereka yang bukan beragama Katolik. Tapi itu dilakukan karena semata-mata hanya alasan kemanusiaan, dan kami melakukanya dengan bekerjasama dengan yayasan atau pihak-pihak yang terkait, jadi tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dan di bawah ini ada 2 (dua) contoh kasus yang kami layani, dan mereka bukan umat Katolik.

Kasus yang pertama, pada suatu pagi kami mendapat telepon dari Rumah Sakit Santo Antonius bahwa ada seorang bayi 6 (enam) bulan dari luar kota yang meninggal di Unit Gawat Darurat (UGD). Bayi itu sudah meninggal sejak tengah malam dan sampai jam 08.00 pagi tidak ada yang urus. Selain berasal dari luar kota, orang tua bayi itu juga kurang mampu sehingga bingung harus membuat apa. Saat kami sampai di UGD dan berbicara dengan nenek bayi tersebut, kami baru tahu bahwa mereka beragama Kong Fu Cu. Tetapi karena alasan kemanusiaan, kami tidak mungkin membiarkan dan tinggalkan mereka seperti itu. Karena sebagai orang Kristen apabila kita tinggalkan mereka yang sedang menderita, maka kita sebetulnya sedang tinggalkan Yesus Kristus, karena Yesus Kristus hadir pada setiap mereka yang menderita.

Akhirnya kami menghubungi Yayasan Bhakti Suci dan mengabarkan bahwa ada orang Tionghoa yang meninggal dan tidak ada biaya untuk pemakaman. Yayasan Bhakti Suci dan YSC kemudian memutuskan untuk melayani bersama-sama. YSC yang menyiapkan peti untuk bayi tersebut, sedangkan Yayasan Bhakti Suci yang menyiapkan tanah pemakamannya. Akhirnya semua masalah bisa ditangani dengan baik, dan ini menjadi pengalaman yang sangat indah.

Kasus yang kedua, kami juga pernah melayani keluarga duka dari Gereja Protestan, dan sekali lagi itu karena alasan kemanusiaan. Keluarga itu adalah keluarga yang sangat sederhana. Dan mereka bisa mengetahui keberadaan kami, karena ada salah satu saudara mereka yang beragama Katolik. Saat keluarga duka meminta bantuan YSC, kami tidak langsung melayani. Kami minta keluarga duka untuk menghubungi dan minta ijin dengan pendetanya terlebih dahulu. Kalau pendetanya mengijinkan, maka kami baru akan membantu. Karena pendetanya mengijinkan maka kami melayani keluarga duka itu. Apa yang kami lakukan ternyata membuat jemaat di Gereja Protestan itu terharu bahwa kita yang Katolik tidak membeda-bedakan mereka.

Jadi kalau kenyataan YSC pernah membantu keluarga duka yang bukan Katolik, itu semua semata-mata alasan kemanusiaan. Dan kalau rasa kemanusiaan sudah menyentuh hati kita yang paling dalam, maka sudah tidak melihat lagi siapakah orang itu dan bagaimana statusnya. Tetapi bagaimana pun untuk melakukan hal itu, tetap harus ada prosedurnya, kami tidak mau gegabah. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita mengasihi sesama yang memerlukan bantuan tanpa mempersoalkan siapakah mereka. Karena sebagai pengikut Kristus, kita belajar dari firman di Injil Matius 5:45 seperti Allah Bapa di surga  yang juga menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi semua orang.

Karena selama pelayanan YSC sudah beberapa kali bekerja sama dengan berbagai organisasi yang berhubungan dengan pelayanan sosial kematian, maka saat merayakan ulang tahun pertama, YSC mengundang dan memberikan Piagam Penghargaan kepada beberapa yayasan kematian atau organisasi yang pernah menjadi mitra pelayanan YSC. Pada kesempatan itu, Yayasan Bhakti Suci yang diwakili oleh Wakil Ketua II Bpk. Tan Khun Tong menyerahkan bantuan pelayanan sosial kepada YSC yang diterima oleh Ketua Umum YSC, Bpk. Yohanes Lim Gek Khiang. Adanya rasa kesatuan dan persaudaraan yang telah ditunjukkan ini membuat pelayanan sosial kematian ini terasa lebih indah.

Pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-3 bagi seluruh pengurus dan anggota YSC. Tetaplah bersemangat dalam melayani, teruslah bertumbuh dan berbuah, sebab pelayanan kematian ini merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mewartakan kasih Kristus secara nyata. Karena pelayanan ini juga karya Roh Kudus, maka ada banyak keluarga duka yang setelah dilayani YSC, anggota keluarga atau sanak saudaranya yang belum mengenal Yesus Kristus kemudian mengikuti katekumen dan dibaptis menjadi umat Katolik. Jadi, jerih payah dan persekutuan kita dengan Tuhan tidak akan pernah sia-sia.*****












Bincang Sejenak Bersama

Natalia Sim Gek Hua (Koordinator Seksi Dekorasi)



Mengapa Bu Natalia tertarik dalam pelayanan model YSC? Sejak kapan  mulai terlibat?



Sejak masih muda saya sering melayat orang yang meninggal dunia. Kalau  banyak orang takut melihat jenazah, saya sejak muda sudah tidak takut. Pada tanggal 06 Desember 1990 nenek saya meninggal. Waktu itu kami bingung mencari orang yang bisa membantu pakaikan baju dan yang bisa menghias wajah nenek saya. Dan akhirnya saya ketemu dengan teman nenek saya yang bernama Andrea Lim Miau Tian dan beliau kemudian membantu mendandani nenek saya, dari memakaikan baju hingga menghias wajahnya. 



Setelah melihat teman nenek saya menghias dan memakaikan baju kepada nenek saya, maka semenjak itu saya mulai tertarik untuk melayani orang yang meninggal. Dan kira-kira 16 tahun kemudian setelah nenek saya meninggal, tepatnya tanggal 04 Maret 2006, teman nenek yang dulu membantu mendandani jenazah nenek meninggal, dan saya yang kemudian melayaninya. Dan itu terus saya lakukan hingga sekarang. Kalau sekarang saya bisa melayani orang meninggal, ini adalah berkat dan rahmat dari Tuhan, dan mungkin inilah yang disebut panggilan. Kalau hari ini saya melayani orang, suatu hari saya juga akan dilayani.



Apakah ada tantangan yang dihadapi dalam pelayanan di bidang kematian ini?



Dalam segala hal, tentu ada hambatan atau tantangan yang dihadapi. Oleh sebab itu banyak orang yang tidak mau melakukan. Namun ada kebahagiaan dan kepuasan batin buat kami boleh menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu orang-orang yang memerlukan.*****















Bincang Sejenak Bersama
Lily Gunawati (Koordinator Seksi Dekorasi)

Dengar-dengar, sebelum ada Yayasan Santo Christoforus (YSC), Bu Lily sudah aktif dalam pelayanan seperti ini. Apa yang Anda lakukan persisnya?

Dapat melayani orang meninggal sebetulnya tidak terpikir oleh saya sebelumnya. Tetapi kira-kira sekitar 5 (lima) tahun yang lalu, pada suatu hari saya diajak Natalia Sim Gek Hua untuk membantu sebuah keluarga duka. Natalia Sim Gek Hua menyuruh saya untuk membantunya menghias peti jenazah. Di situlah saya belajar bagaimana menghias peti. Dan setelah itu kalau ada kesempatan dan diajak untuk melayani, saya ikut, misalnya melayani keluarga duka dengan membawa mereka melihat peti, dan juga membawa mereka untuk melihat tanah pemakaman. Jadi, saya banyak belajar melayani dari teman-teman. Untuk hal tutup peti, saya biasanya meminta bantuan dari Bpk. Tan Sun Hong dan Lim Kiam Leng.

Motivasi atau apa sebetulnya yang menggerakkan Bu Lily untuk melakukan ini semua?

Setelah saya diajak untuk melayani mereka yang mengalami musibah kematian, saya melihat dan merasakan kesulitan dan beban mereka. Mereka kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa terhadap anggota keluarga yang meninggal. Ada juga yang tidak tahu harus bagaimana menghubungi pastor, dan bagaimana agar segalanya diatur sesuai dengan tatacara Katolik. Apalagi kalau melihat keluarga yang tidak mampu, maka saya merasa kasihan sama mereka.

Berdasarkan pengalaman itu, saya memutuskan dalam hati, kalau  memang tenaga saya masih dibutuhkan dan selagi masih ada waktu, maka saya akan tetap melayani orang yang mengalami musibah kematian. Dan biasanya setelah melayani mereka, batin saya merasakan adanya satu kebahagiaan. Itu sebabnya, setelah ada wadah yang melayani orang meninggal ini, yaitu Yayasan Santo Christoforus, maka saya segera bergabung agar bisa melayani dengan lebih baik. Semoga Tuhan terus membimbing dan memberikan kami kekuatan, agar kami tetap bisa melayani-Nya. 

Apakah keberadaan YSC ini dapat dikatakan telah mengambil peran Kring dalam melayani umatnya yang meninggal?

YSC dibentuk tidak untuk mengambil peran kring dalam melayani umatnya yang meninggal. Tetapi YSC dibentuk untuk mendukung pelayanan kring atau dewan paroki. Itu sebabnya saat kami menerima informasi bahwa ada umat yang perlu mendapat pelayanan, kami akan minta keluarga duka menghubungi ketua kring terlebih dahulu.

Dan saat kami sampai di rumah duka, kami akan koordinasi dengan ketua kring mengenai apa yang akan  kami lakukan untuk membantu umatnya. Ada Formulir Pembagian Tugas Pelayanan Antara Keluarga Duka/Kring dengan Yayasan Santo Christoforus yang kami sediakan. Di formulir itu sudah ditulis bidang-bidang pelayanan dan kolom-kolom yang perlu diisi, apakah pelayanan itu dilakukan oleh keluarga duka atau kring atau YSC. Kalau misalnya kring bisa mendekorasi peti, maka YSC tidak melakukannya lagi. Kalau kring menutup peti, maka YSC tidak melakukannya juga, dan seterusnya. Setelah Formulir Pembagian Tugas itu diisi dan disetujui bersama, formulir itu akan ditandatangani oleh keluarga duka, kring, dan YSC. Jadi YSC hanya melayani apa yang tidak dilakukan oleh keluarga duka atau kring, sehingga keberadaan YSC tidak untuk mengambil peran kring dalam melayani umatnya. Justru dengan keberadaan YSC, kami mengharapkan kring lebih proaktif memberikan pelayanan untuk umat di lingkungannya.*****  






Bincang Sejenak Bersama
The Anton (Koordinator Seksi Umum)

Pelayanan untuk orang yang meninggal biasanya dihindari. Mengapa Anda tertarik?

Pada awalnya tidak pernah terpikirkan oleh saya kalau pada suatu hari saya akan melayani orang yang meninggal. Melihat jenazah saja, saya merasa takut. Tetapi semua itu berubah ketika saya mengikuti Retret Awal di Lembah Karmel–Cikanyere awal tahun 2007. Di sana setelah mendapatkan pengajaran, saya merasakan bahwa kasih Tuhan Yesus sungguh besar dalam kehidupan saya.

Sepulang ke Pontianak saya kemudian bergabung dengan Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) dan  Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia (Perduki). Di sana saya merasakan adanya suatu hubungan yang akrab dan kompak, sehingga membuat saya lebih bersemangat. Misalnya kalau ada pelayanan, kami sering melakukannya bersama-sama.

Pada suatu hari adik kandung saya meninggal, dan kami sangat bingung harus berbuat apa. Tetapi pada waktu itu, ada saudara seiman, yaitu Natalia Sim Gek Hua dan Lily Gunawati yang datang membantu keluarga kami. Mereka membantu merapikan jenazah dan menghias peti jenazah adik saya. Dan teman-teman dari Perduki dan KTM juga datang mendukung dalam doa saat Misa Requiem. Hal itu membuat saya sangat terharu dan menimbulkan kesan yang mendalam. Dan setelah kejadian itu, saya memutuskan untuk ikut juga melayani orang yang meninggal, karena pelayanan ini sungguh-sungguh bisa meringankan beban keluarga yang berduka seperti yang dulu pernah kami alami.

Kalau ada keluarga yang membutuhkan pelayanan Yayasan Santo Christoforus (YSC), bagaimana prosedurnya?

Satu hal yang perlu diketahui oleh umat ialah bahwa YSC dalam pelayanannya bersifat pasif atau tidak proaktif. Bersifat pasif atau tidak proaktif artinya kami hanya melayani kalau memang ada permintaan dari keluarga duka/kring/paroki. Kalau ada umat yang meninggal, tetapi mereka tidak menghubungi kami, maka kami tidak pergi menawarkan diri juga. Mengapa bisa demikian? Karena kami tidak tahu keluarga duka mau menyerahkan masalah itu kepada siapa, atau bisa saja mereka sudah menyerahkan masalah itu ke yayasan marga atau yayaan kematian lainnya. 

Apabila ada keluarga duka yang ingin dilayani YSC, prosedurnya adalah:  keluarga duka melaporkannya kepada ketua/pengurus kring. Kemudian ketua/pengurus kring melaporkan hal itu kepada Seksi Sosial paroki. Dan Seksi Sosial paroki itulah yang menghubungi YSC. Kalau ketua/pengurus kring tidak ada, keluarga duka bisa langsung menghubungi Seksi Sosial dewan paroki.

Prosedur itu kami lakukan supaya kring dan Seksi Sosial paroki mengetahui apa yang dialami oleh umat di lingkungannya.  Kami ingin kring yang bergerak di depan melayani umatnya, sedangkan kami hanya mendukung dari belakang, sekiranya dibutuhkan. Apabila pelayanan YSC dibutuhkan, maka bisa menghubungi para koordinator Seksi Umum YSC, atau contact person yang telah ditunjuk.

Sudah ada berapa anggota YSC? Dan bagaimana caranya menghubungi para anggota ketika dibutuhkan untuk pelayanan?

Saat ini YSC memiliki anggota 326 orang. Dan kalau ada pelayanan, sekretaris yayasan akan mengirimkan pesan pelayanan melalui SMS kepada seluruh koordinator seksi, kemudian masing-masing koordinator seksi meneruskan berita pelayanan itu kepada anggotanya. Itu sebabnya yang bertugas meneruskan SMS ini perlu mempunyai komitmen yang tinggi, jangan sampai SMS itu terputus di tangannya sehingga anggota yang di bawahnya tidak menerima berita pelayanan tersebut.*****








Bincang Sejenak Bersama
Tan Beng Tek (Koordinator Seksi Doa)

Ada berapa seksi di Yayasan Santo Christoforus? Dan Anda berada di seksi apa?

YSC mempunyai 4 (empat) seksi yang dibentuk untuk memperlancar pelayanan. Seksi-seksi itu adalah Seksi Umum, Seksi Doa, Seksi Dekorasi dan Seksi HUMAS. Sekarang saya melayani di Seksi Doa sebagai koordinator.

Apa saja yang dilakukan di Seksi Doa ?

Seksi Doa adalah seksi yang melayani doa. Biasanya Seksi Doa ini akan menyiapkan segala keperluan ibadat atau Misa Requiem di rumah duka. Misalnya wiruk, dupa, bejana air, Buku Doa Arwah dan sound system. Biasanya Seksi Doa ini melayani pada saat Misa Tutup Peti, dan juga saat Misa Requiem di Gereja atau di rumah duka sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Untuk doa arwah di malam pertama, biasanya kami minta Kring yang melayani dulu, dan kami di malam lain saat tutup peti.

Terkadang kami juga membantu Kring untuk mencarikan pastor dari paroki lain apabila pastor parokinya berhalangan, tetapi biasanya juga atas persetujuan dari pastor paroki setempat. Apabila saat Misa Requiem tidak ada Misdinar ataupun  anggota Kringnya, maka kami dari Seksi Doa juga siap melayani sebagai Misdinar dan Lektor.


Apakah Yayasan Santo Christoforus juga melayani doa untuk orang yang di luar agama Katolik?

Pelayanan YSC bersifat pasif, artinya tidak melayani kalau tidak diminta. Apabila ada keluarga duka yang bukan Katolik dan meminta pelayanan kami, maka kami juga bersedia melayani. Karena kalau keluarga duka meminta, berarti mereka merindukan kasih dari Tuhan Yesus.

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dari sanak saudara keluarga duka yang bukan Katolik, kami biasanya sebelum doa dimulai,
akan memberitahukan kepada semua keluarga dan peserta doa, bahwa kedatangan kami atas undangan atau permintaan dari salah satu anggota keluarga duka.*****







Bincang Sejenak Bersama
Yanuarius Buan (Seksi Humas)

Dalam pelayanan tanpa pamrih ini, apakah ditemukan benturan-benturan dengan pihak lain, misalnya pengurus kring, yayasan marga, atau yayasan sejenis dalam lingkungan gereja?

 Dalam pelayanan di lapangan pastilah ada masalah yang kita jumpai, itu soal biasa, tidak ada sesuatu pekerjaan apa pun yang mulus dari awal sampai akhir. Masalah akan selalu ada, karena kita masih hidup di dunia ini memang penuh dengan masalah, asal masalahnya jangan timbul dari dalam YSC. YSC dilahirkan justru dimaksudkan untuk membantu menangani, mengurangi beban masalah yang dihadapi keluarga berduka karena kematian dan kesulitan menangani akibat kematian tersebut khususnya bagi keluarga yang ada kesulitan serta orang-orang Katolik yang tidak ada sanak-saudara di Pontianak.

Kalau ada masalah yang timbul di lapangan, semua ini terjadi karena salah paham, karena ada keluarga duka yang menyangka bahwa YSC di dalam pelayanannya mengambil alih pelayanan kring dan mencari profit. Kami bisa memakluminya karena YSC adalah wadah yang masih “berusia muda” sehingga masih banyak umat yang belum mengenal bagaimana pelayanannya. Akan tetapi satu hal yang pasti dan perlu diketahui umat ialah bahwa kehadiran YSC dalam pelayanannya, tidak bermaksud mengambil alih pelayanan pengurus kring, yayasan marga, sanak keluarga, atau perkumpulan lainnya. Kehadiran pelayanan YSC: membantu pelayanan pengurus kring/marga/keluarga. Itu pun kalau diminta oleh keluarga duka/pengurus kring.

 YSC melayani item-item pelayanan yang tidak dilakukan kring/keluarga, misalnya : layanan ambulan, menghias peti jenazah, dan sebagainya. Item-item pelayanan yang akan dilakukan oleh kring/keluarga, tidak akan ditangani YSC lagi. Kecuali keluarga duka meminta dan (dengan sepengetahuan pengurus kring) menyerahkan semua item pelayanan kepada YSC, maka akan dilaksanakan sejauh kemampuan yang ada

Karena YSC masih “berusia muda” dan ada banyak umat yang belum mengetahui keberadaan dan pelayanannya maka sangat diharapkan agar setiap Paroki bisa mengundang YSC untuk mensosialisasikan pelayanannya kepada umat setempat, sehingga apabila ada umat yang meninggal, keluarga duka/kring/paroki bisa mengetahui pelayanan dan bagaimana berhubungan dengan YSC.

Sejauh ini, bagaimana tanggapan pimpinan Gereja berkaitan dengan pelayanan YSC?

Sejauh saya dengar dan ketahui, masyarakat menyambut baik adanya pelayanan YSC yang tanpa pamrih, mereka berharap YSC tetap eksis dan terus berkembang untuk melayani sesama. Secara langsung saya pernah mendengar seorang pastor dalam khotbah waktu Misa, mengaku terkesan dengan peranan YSC, karena keberadaan YSC sungguh bisa mendukung dan meringankan tugas pelayanan paroki atau kring.

Bagaimana sampai Yayasan Dharma Insan (YDI) bisa mempercayakan YSC untuk mengelola Rumah Duka Santo Michael?

Sebelum YSC terbentuk, YDI mempercayakan pengelolaan rumah Duka Santo Michael kepada pihak swasta yang khusus menangani orang meninggal. Tetapi saat YSC terbentuk dan sudah mulai melayani, ada  hambatan-hambatan yang kita hadapi saat mau melayani di Rumah Duka Santo Michael itu. Karena rumah duka itu sudah ada yang kelola. Pelayanan YSC yang non-profit di tempat itu dianggap “mengganggu”. Akibat dari itu, ada beberapa umat yang kemudian tidak bisa dilayani oleh YSC, karena apabila YSC mau melayani di tempat itu, harus seizin pengelola rumah duka tersebut.    

Setelah selesai masa kontrak pengelolaan, YDI tidak memperpanjang kontrak kerjasama dengan pihak swasta dan kemudian mempercayakan pengelolaan rumah duka tersebut kepada YSC, mengingat keduanya sama-sama bernaung di bawah Keuskupan Agung Pontianak. Dan setelah 1 (satu) tahun bekerjasama dengan YSC, hasilnya cukup memuaskan, artinya tidak ada keluhan yang berarti dari keluarga duka. Itu sebabnya YDI berharap YSC masih bersedia meneruskan kerjasama pelayanan ini. YDI sudah berencana memperbaiki pintu sekat antara Ruang A dan B. Menurut yang mengerjakannya mereka sedang menyiapkan di gudang, lalu tinggal memasangnya saja, sekaligus memperbaiki cat dan plafonnya.*****











Bincang Sejenak Bersama

Fransiskus Erwin Tan (Penanggung jawab Ambulance)


Bagaimana Anda bisa bergabung dalam pelayanan Yayasan Santo Christoforus?

Saya dibaptis pada tanggal 23 Juni 2003. Semenjak dibaptis, saya belum melayani. Tetapi setelah saya pulang dari retret di Lembah Karmel – Puncak pada tanggal 01 April 2005, saya jadi lebih giat aktif berdoa, mulai ikut Legio Maria, dan persekutuan doa di Perduki (Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia). Pada suatu kesempatan, saya mengikuti pelayanan Perduki untuk medoakan umat yang meninggal, walau pun yang meninggal itu maupun sanak saudaranya tidak saya kenal. Waktu melayani, saya melihat keluarga duka merasa terharu dan terhibur. Semenjak itu saya selalu berusaha meluangkan waktu apabila  Perduki mendoakan orang meninggal.

Pada suatu hari saya diajak oleh Hermanto dan Anton untuk mengikuti rapat tentang rencana pembentukan wadah untuk melayani umat yang meninggal. Setelah wadah ini terbentuk, saya sering melayani di bagian ambulance. Kira-kira setahun kemudian, setelah teman saya yang biasa membawa ambulance pindah kerja ke luar kota, saya diminta oleh pengurus untuk bertanggung jawab atas ambulance tersebut. Untuk itu tepatnya pada tanggal 08 September 2008, saya mempersiapkan diri dengan belajar menyetir mobil yang diajari oleh Asua. Setelah itu saya melayani di bagian ambulance hingga saat ini.
  
Wah, membawa ambulance bukan tugas ringan. Itu berarti Anda harus ikut dalam tiap pelayanan?

Benar. Untuk melayani di bidang ini, saya dituntut harus siap setiap waktu, baik pagi, siang maupun malam. Karena kita tidak tahu kapan seseorang itu meninggal, dan apabila mereka membutuhkan pelayanan kita, maka kita harus siap untuk melayani mereka.
   

Selama melayani bersama YSC, tentu ada suka-dukanya. Bisa cerita?

Selama membawa ambulance YSC, ada suka duka yang saya alami. Sukanya adalah bisa mengenal banyak saudara seiman yang dilayani. Sedangkan dukanya adalah terkadang harus menghadapi keluarga duka yang emosional karena ada keluarga mereka yang meninggal. Tetapi saya anggap ini adalah bagian dari pelayanan yang harus saya hadapi, karena sebagai pelayan, kami dituntut selain untuk bisa mengorbankan waktu, juga bisa mengorbankan perasaan. Saya bersyukur kepada Tuhan bisa bergabung dan melayani di YSC hingga saat ini, karena semua ini adalah berkat Tuhan.*****

    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dengan bahasa yang santun. Salam.........