Ayat

"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap." (Yohanes 15:16)

Kesan & Pesan

Yayasan Santo Christoforus: Sahabat Keluarga Duka
Oleh : P. Petrus Rostandy, OFMCap
(Pastor Paroki Katedral, Pontianak)

Karya pelayanan untuk orang yang meninggal adalah karya yang mulia. Dalam masyarakat ada kesan, pengurusan orang yang meninggal dijadikan lahan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan material. Semua perlakuan terhadap orang yang meninggal dikenakan harga. Untuk orang dengan kondisi ekonomi lemah, hal itu seringkali dirasa memberatkan.


Di lain sisi, sebagian umat Katolik tidak tahu tentang tatacara yang sesuai dengan tradisi Katolik untuk mengurus anggota keluarga yang meninggal. Mereka bingung ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Yang terjadi selama ini, mereka menyerahkan pengurusannya kepada pihak penjual jasa yang mengurus hal itu. Akibatnya, di samping harus membayar mahal, tatacara yang dipakai juga tidak sesuai dengan tradisi Gereja. Hal ini sangat memprihatinkan.

Keberadaan Yayasan Santo Christoforus (YSC) merupakan  jawaban dan solusi untuk masalah yang memprihatinkan itu. YSC menawarkan pelayanan gratis dan melayani/mengurus umat beriman yang wafat dengan tatacara Katolik. Banyak suara dari umat paroki yang mengatakan bahwa YSC selama ini melayani dengan penuh kasih, hormat, dan bakti, serta tanpa pamrih. Semoga komitmen yang baik ini bisa tetap dipertahankan. Di samping secara nyata memberikan penghiburan dan meringankan beban keluarga duka, karya pelayanan YSC juga dapat menjadi sosialisasi dan pembelajaran yang efektif tentang tatacara Katolik dalam mengurus orang beriman yang meninggal dunia.

Dalam waktu yang relatif singkat (3 tahun), YSC sudah sangat dikenal oleh warga Katolik di kota Pontianak maupun di luar Pontianak. Ini berarti karya pelayanan YSC  telah terbukti sangat membantu keluarga yang dilanda duka. Sebagai Pastor Paroki Katedral (sejak Juli 2009), saya sangat terbantu dengan karya kerasulan awam ini. Semoga YSC tetap setia melayani umat dengan semboyan dari umat untuk umat, tanpa membeda-bedakan kedudukan sosial dan budaya.

Dengan penuh rasa syukur atas keberadaan gerakan ini, saya atas nama umat Paroki Katedral mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-3 untuk YSC. Tuhan memberkati semua anggota YSC agar tetap teguh dan gigih melaksanakan karya pelayanan dengan setia dan sukacita.*****








Oleh : P. Sonny Wengkang, MSC.
(Pastor Paroki Stella Maris, Siantan)

Melayani orang meninggal??? Melayat dan mendoakan orang meninggal?? Gak ah...., saya takut. Ngeri. Amit-amit. Orang lain aja. Oh.. si anu atau si ani saja, karena mereka sudah biasa untuk itu. Inilah jawaban atau reaksi kebanyakan orang.

Sebagai pastor paroki, tentu tidak bisa menghindar atau mengatakan tidak bisa. Suka tidak suka, inilah salah satu tugas pelayanan yang harus dilakukannya di tengah umat beriman yang dipercayakan kepadanya. Sangat disadari bahwa dalam menjalankan tugas ini tidak bisa sendiri. Dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain, yaitu umat beriman sendiri.


Syukur kepada Tuhan ada sekelompok Umat Beriman Awam Katolik di Kota Pontianak, yang terpanggil dan sukarela mengambil bagian dalam salah satu tugas pelayanan Gereja ini.  Saya menyambut dengan gembira dan memberikan dukungan yang penuh kepada Bapak, Ibu, Saudara-Saudariku. Kehadiran Yayasan Santo Christoforus yang secara khusus memberi perhatian pada pelayanan ini sangat dibutuhkan, bukan saja oleh keluarga-keluarga kristiani yang membutuhkan pada saat itu, tetapi pastor, pengurus paroki, pengurus kring atau lingkungan sangat terbantu. Maka pada kesempatan Perayaan 3 Tahun hadirnya YSC ini dari hati yang dalam, saya hanya mampu mengatakan "Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan kepada Gereja, khususnya di sekitar Kota Pontianak ini Kaum Beriman Awam  yang suka rela, antusias dan terlebih dengan dilandasai oleh iman yang satu dan sama kepada Yesus Kristus hendak  mengambil bagian aktif dalam pelayanan Gereja khususnya untuk pelayanan orang meninggal". Selamat dan profisiat.

Sebagai masukan atau catatan kritis saya adalah: hendaklah selalu diperhatikan dengan sungguh dalam perayaan-perayaan liturgis orang meninggal, entah dalam Misa Requiem pada malam sebelum dan atau pada saat hari pemakaman; misa atau ibadat peringatan arwah (3, 7, 40, 100, setahun atau 100 hari) tetap mempertahankan ciri khas, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan Gereja Katolik, misalnya doa-doa, nyanyian yang dipergunakan dan juga suasana misa atau peribadatan Katolik yang selalu sakral dan kusuk. Gereja telah menyediakan  nyanyian-lagu misa atau ibadat  untuk arwah. Hendaklah kita dapat mempergunakannya. Hendaklah kita tidak gampang terpengaruh dengan ungkapan bahwa lagu-lagu Gereja Katolik tidak bagus dan sulit dan oleh karena itu lalu diganti dengan lagu-lagu yang tidak lebih sebagai lagu pop rohani yang tidak cocok dan dan kena dengan suasana. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mempertahankan iman dan tradisi Katolik kita?

Akhirnya, atas nama umat paroki yang saya layani, saya mengucapkan terima kasih kepada YSC atas pelayanannya. Kiranya Tuhan memberkati, meneguhkan anda sekalian dalam karya pelayanan ini, yang secara manusiawi tidak mudah dan gampang, tapi agung dan mulia di hadapan Tuhan karena dilakukan dengan gembira, tulus hati dan penuh iman oleh hamba-hamba-Nya yang tidak lain hanya melakukan kehendak-Nya saja. Profisiat dan Tuhan memberkati.*****







Terima Gratis, Memberi pun Gratis
Oleh: P. Samuel Djumen, OFMCap
(Pastor Paroki Gembala Baik, Pontianak)

Pada awal munculnya Yayasan Santo Christoforus (YSC) yang secara khusus melayani orang yang meninggal, timbul banyak tanda tanya, kekhawatiran, keraguan dalam hati saya. Perasaan itu muncul karena pada saat itu, saya masih kurang/belum memahami bagaimana bentuk pelayanan ini dan di mana batas serta wilayah pelayanannya agar tidak tumpah tindih dengan wadah lain. Namun sesudah melihat sendiri kegiatan YSC dari hari ke hari, perlahan-lahan saya mulai mengerti. Ketika dibutuhkan bantuannya, anggota YSC bergerak cepat, setia mendampingi, menunggu, ikut ambil bagian dalam perayaan misa, menyiapkan segala keperluan untuk ibadat/misa, menghibur dan melayat sampai selesai seluruh acara. Pelayanan seperti ini sungguh sangat menghibur dan meringankan beban kesedihan keluarga yang sedang berduka. Kesetiaan, kesabaran, dan disiplin waktu para anggota YSC cukup teruji. Sebagai pastor Paroki Katedral (pada waktu itu), saya betul merasa diringankan dan dibantu oleh pelayanan YSC.


Saya merasa gerakan ini sungguh didorong oleh Roh Allah untuk menghasilkan buah-buah dan karunia di tengah jemaat. Mereka memberi diri untuk melayani pelayanan doa, menghias peti, mengangkat jenazah, menyediakan ambulance untuk mengantar jenazah ke gereja dan pemakaman. Semuanya itu dilakukan dengan cuma-cuma, tak perlu biaya. Salah seorang anggota pernah mengutip Mat. 10:8 dan berkata kepada saya: “Kami telah terima segalanya dari Tuhan dengan cuma-cuma, maka kami pun harus memberi dengan cuma-cuma.” Penghayatan iman seperti ini amat saya kagumi.

Dalam kesempatan ulang tahun ke-3 YSC ini, saya berharap gerakan ini bisa terus dilanjutkan dan dikembangkan. Untuk dapat menjadi gerakan yang berkelanjutan, YSC harus selalu ingat dan memelihara api Roh Tuhan yang sejak awal menggerakkan karya pelayanan ini. Selama YSC tetap mengandalkan kekuatan Roh Allah dan mendasarkan setiap karya dengan tujuan hanya untuk kemuliaan Allah, maka saya yakin, gerakan ini akan terus berkembang. Dalam perjalanan waktu, sejauh pengamatan saya, YSC sendiri menyadari perlunya perbaikan terus-menerus di dalam menggalang kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Ini sikap positif yang harus dipelihara oleh organisasi mana pun. Hendaknya YSC terus menjaga komitmen untuk melayani dengan kasih, suka cita, dan rendah hati. Semuanya untuk kemuliaan Tuhan saja. Kata-kata mutiara yang tercantum dalam formulir YSC: “Membedakan Pekerjaan atau Pelayanan” sangat inspiratif, bisa sering-sering direnungkan dan dihayati.

Akhir kata, selamat berulang tahun yang ke-3. Semoga YSC semakin teguh dan gigih menyampaikan Kabar Baik (Injil) melalui karya nyata untuk orang yang dilanda duka. Berkat dan rahmat Allah menyertai saudara semua.*****







HUT  KETIGA
YAYASAN SANTO CHRISTOFORUS (YSC)
2007 – (15 Juni) –  2010

Oleh : P. Bernard Lam, OFMCap
(Pastor Paroki Santo Paulus – Balai Karangan)


Mengapa “YSC” cepat dikenal?
Sebutan  “YSC” sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar umat Katolik di Pontianak. Orang langsung mengerti, “YSC” nama lengkapnya  ialah “Yayasan Santo Christoforus”. Heran, mengapa sebutan atau istilah “YSC” begitu cepat dikenal orang? Saya yakin karena kegiatan sosialnya yang sangat positif, memberi pelayanan bagi saudara-saudara yang meninggal dunia. Dengan demikian saudara-saudara yang berduka merasa terhibur. Pelayanan semacam ini  merupakan kerasulan yang cukup efektif.  Orang yang sedang berduka sangat merasakan  sapaan yang menguatkan hati. Seperti kata St. Paulus, “Bersukacitalah dengan orang-orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Roma 12:15).

“YSC” bagaikan pohon palma bertumbuh subur
Berbicara tentang “YSC”, hendaknya kita juga merenungkan riwayat hidup pelindungnya, yaitu Santo Christoforus. Salah satu perikop dari riwayat hidupnya, kita dapat sebagai berikut:
Suatu hari ia memikul seorang anak kecil di pundaknya untuk melewati sungai tersebut. Namun anehnya, anak kecil yang seharusnya mampu diangkatnya dengan satu jari ini kini bertambah berat dan berat. Christoforus merasa seakan-akan ia kini sedang memikul seluruh dunia di atas pundaknya. Setelah tiba di seberang sungai sang anak kecil itu menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan, Pencipta dan Penebus seluruh alam raya. Untuk membuktikan hal ini, Yesus menyuruh Christoforus untuk menanamkan sesuatu di dalam tanah. Pagi berikutnya ketika Christoforus datang melihatnya, sebuah pohon palma telah bertumbuh subur di atas tanah tersebut dan menghasilkan buah-buahnya. Kisah peristiwa mukjizat ini akhirnya tersebar dan menarik begitu banyak orang yang pada akhirnya percaya akan Kristus.  Nama Christoforus secara harafiah berarti "pemikul Kristus" (Christ-bearer). Nama ini berasal dari kata Yunani "Christos" (Kristus) dan "pherein" (memikul).

YSC  merupakan suatu kerasulan awam. Bagaikan Kristus yang menyuruh YSC, seturut teladan pelindungnya, menabur benih-benih kebaikan dengan memberi per-hati-an bagi orang-orang yang berduka, kini dalam usianya yang ketiga bagaikan sebuah pohon palma bertumbuh subur.

Kerasulan yang menyentuh

Ada orang-orang yang semula belum Katolik, yang saudaranya  Katolik meninggal dunia,  mendapat  pelayanan YSC. Yang belum Katolik merasa tersentuh dengan pelayanan tersebut lalu masuk Katolik dan malahan menggabungkan diri pada YSC.

Beberapa kali terjadi, di mana ada umat paroki yang baru saja meninggal dunia, saya menelpon anggota dari YSC. Cepat sekali kelompok YSC sudah tiba dan memberikan pelayanan yang diperlukan.  YSC bagaikan “SIMATUPANG”= SIang MAlam TUnggu PANGgilan.

Bagi orang yang berduka, bisa saja bingung, tidak tahu apa yang harus dibuat, tetapi YSC memberi kesejukan hati, memberi solusi, sehingga mereka yang berduka merasa di saat-saat susah, ada yang menemani.

Pantaslah kita memberi penghargaan yang tinggi bagi  YSC yang dengan kompak dan bersemangat bergabung dengan umat kring/paroki hadir pada misa atau ibadat arwah di rumah-rumah duka. Ingat kata-kata orang bijak, “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.” (Pengkhotbah 7:2)

Pengalaman-pengalaman ini merupakan kerasulan yang menyentuh banyak orang. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat. 5: 16)

Selamat HUT ke-3 YSC. Semoga YSC tetap kompak dan bersemangat dalam melayani. Upahmu besar di surga. Tuhan memberkati pelayanan Anda sekalian. VIVA – YSC!!!*****







KESAN DAN PESAN

Oleh : P. Innocentius Sialim, OFMCap

Pertama-tama, pastor secara pribadi mengucapkan selama ulang tahun, maju terus pantang mundur, berkat Tuhan melimpah bagi setiap orang yang hidup dan berjalan dalam kasih-Nya, yang dibagikan bagi sesama, terutama mereka yang sungguh sangat membutuhkan pertolongan, seperti keluarga yang berduka. Amin.

  
Sedikit sekilas balik, awal pastor bertugas di Kota Pontianak, tepatnya di Paroki Gembala Baik, mulai akhir tahun 2001. Waktu itu, pastor banyak mendengar dari cerita pastor sebelumnya, bahwa 20 – 30 tahun lampau, di Paroki Gembala Baik, sangat terkenal group pemadam kebakaran dan group sosial yang mengurus orang meninggal (yang de facto masa itu, semua orang Tionghoa, dan belum ada yayasan kematian dari marga). Cukup berkembang dan sangat membantu. Tetapi dalam perjalanan waktu, dan alih generasi, group ini hilang lenyap karena berkembangnya yayasan-yayasan marga dan yayasan-yayasan lain. Dalam banyak segi yayasan ini sangat membantu, terutama mereka yang masuk yayasan tersebut. Namun di pihak lain, ada banyak hal yang dipertanyakan dan memprihatinkan, apalagi yang tidak masuk dalam yayasan marga. Dan bagi orang Katolik dan dari suku lain atau daerah lain, apalagi miskin, tentu urusan yang satu ini sangat repot.

Maka, sejak tahun 2002 mulai aktif melayani di Paroki Gembala Baik, pastor mempunyai “mimpi”, apa tidak baik, di tengah kota seperti di Pontianak ini kita memikirkan kembali satu kelompok pemerhati dan sosial, agar semua orang (semua suku dan tingkat hidup masyarakat, lebih-lebih yang miskin) mendapat kehormatan yang sama dalam urusan kematian ini, karena yang meninggal itu sama-sama manusia (entah kaya atau miskin, dll). Mengapa pastor katakan demikian? Karena pastor berangkat dari keprihatinan pengalaman melayani keluarga yang berduka di yayasan marga. Pastor lebih melihat sesuatu yang memprihatinkan, soal ritus (berkat jenazah, tutup peti, pemberangkatan, dll) yang kadang-kadang tidak sesuai dengan ajaran agama Katolik.

Namun sejak beberapa tahun terakhir ini, waktu pastor sudah pindah tugas  ke Seminari San Lorenzo, dan terutama sebagai Pastor Paroki Santa Sesilia, merasa bangga dan senang, akhirnya “mimpi” dan doa terwujud, karena ada bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudari pemerhati dan kasih Yesus Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, dapat memperhatikan dan membantu orang-orang dari keluarga yang berduka.

Pastor sendiri alami, YSC sungguh sangat membantu dari kelebihan maupun kekurangan, bahkan dari keterbatasan waktu dan kesibukannya. Dari sinilah kita mewujudkan pesan Injil : Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).

Pastor berharap, YSC jaya terus. Biarlah Yesus semakin besar dan dimuliakan, maju terus pantang mundur, meski kita tidak bisa menghindari segala halangan, tantangan dan masalah yang datang dari Pastor Paroki, umat umum, keluarga berduka, maupun anggota YSC sendiri. Namanya kerja untuk sosial, tentu bukan sesuatu yang enak dan gampang. Maka yang paling penting, setiap anggota YSC harus membina komitmen yang baik, kekompakan, sehati dan sesuara. Tinggalkan kepentingan atau keuntungan diri apalagi mencari popularitas, karena rendah hati lebih besar pahalanya. Tuhan sendiri yang akan menghitung dan melengkapi segala yang patut diberikan kepada kita. Anugerah dan berkat.

Seperti orang berduka atas meninggalnya anggota keluarga, masih mesti mengurus dengan tuntas ritus-ritus. Demikian juga YSC harus terus maju sekalipun “menanggung beban duka” dari banyak pihak. Ritus berjalan baik dan lancar, orang beriman lurus jalannya ke Surga, tentu menjadi berkat dan jalan terbaik dalam kehidupan kita semua karena “Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Pastor berdoa untuk YSC dan seluruh anggotanya, dengan berkata berlimpah. Amin.*****









Berkat Pelayanan YSC, Saya Bangga Menjadi Katolik

Oleh : Marius Lim Tau Ui

Pada awalnya saya tidak tahu apa itu Yayasan Santo Christoforus, tetapi saya tahu ada yayasan ini karena sering melihat mobil ambulannya di jalan raya. Saya pikir itu mobil ambulan komersil milik salah satu g
ereja yang ada di Pontianak.

Hingga pada suatu hari, salah satu anggota keluarga kami meninggal, yaitu bapa mertua saya. Pada waktu itu kami mengalami kebingungan tidak tahu harus berbuat apa, dan juga tidak tahu harus menghubungi siapa untuk mengurus jenazah tersebut. Saat kami mengalami kebingungan, ada seorang teman yang memberikan saya nomor telepon Anton dan diberitahu bahwa itu adalah anggota dari Yayasan Santo Christoforus, sebuah yayasan milik Gereja Katolik yang khusus membantu umat Katolik yang meninggal dan semua dilakukan secara gratis. Mendengar itu saya masih ragu-ragu, dalam hati saya berkata : “Masa di zaman seperti sekarang ini masih ada yang gratis.”

Karena lagi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, maka saya menelpon Anton. Setelah saya beritahukan ada keluarga yang meninggal dan perlu bantuan pelayanan, tak lama kemudian Anton sudah sampai di rumah duka. Kami kemudian mendengar apa yang dijelaskan Anton tentang pelayanan yayasan ini, sehingga kami menjadi tidak ragu bahwa inilah yayasan yang harus kami minta bantuannya.

Setelah melihat pelayanan yang diberikan oleh para anggota YSC, hati seluruh keluarga kami merasa terharu, di mana mereka semua melayani dengan kasih, tidak memandang status dan ekonomi, padahal sebelumnya kami tidak saling kenal. Dan pada saat itu saya merasa bangga menjadi orang Katolik, karena sungguh-sungguh saya bisa merasakan, bahwa sebagai orang Katolik, dalam segala hal kami tidak sendiri, ada saudara seiman yang datang melayani dan membagi kasih kepada kami. Setelah bapa mertua saya dimakamkan, saya memutuskan untuk menjadi anggota Yayasan Santo Christoforus, agar saya juga bisa melayani mereka yang berduka, seperti kami pernah dilayani di saat berduka.

Berhubung sekarang saya sedang kerja di Kota Ketapang, untuk sementara, saya tidak bisa aktif. Tetapi doa saya selalu menyertai YSC, agar YSC tetap eksis melayani karena sungguh-sungguh kehadirannya bisa membantu dan meringankan beban keluarga yang sedang berduka. Selamat Ulang Tahun YSC yang ke-3, terus wartakan kasih Tuhan lewat pelayanan. Tuhan memberkati!*****








“Yang dikehendaki Tuhan Allah dan dunia bukanlah pekerjaan luar biasa, namun pekerjaan biasa yang sungguh dilakukan dengan cara luar biasa. Oleh sebab itu, bekerjalah dengan tekun karena bekerja itu sendiri sudah mempunyai nilai. Saudara-saudara Yayasan Santo Christoforus, pelayanan yang telah Anda berikan telah menuai pahala menuai pahala abadi di surga. Selamat Ulang Tahun ke-3, berkat Tuhan senantiasa hadir dalam tugas dan karya saudara sekalian.”
Pastor Kanisius Rudy Saleh, CDD.



“Selamat Ulang Tahun untuk Yayasan Santo Christoforus (YSC). Selamat melayani Tuhan dan sesama. Seperti arti “Christoforus”, semoga tetap menjadi “Sang Pembawa Kristus”. Tuhan memberkati.”
Pastor Stephanus Gathot P., OFMCap.



Yayasan Santo Christoforus (YSC) luar biasa dan patut diacungi jempol karena menyentuh sisi pelayanan sakral dan mulia yang banyak orang tidak mau atau tidak tahu melakukannya. Terima kasih buat YSC dan anggota-anggotanya yang sungguh sudah menghadirkan kasih Yesus secara nyata melalui penghiburan bagi keluarga yang berduka. Anda adalah malaikat hidup yang belum bersayap. Selamat Ulang Tahun ke-3. Profisiat, Maju terussss!!!!
Sunardi Ginting, SE., MM.
(Dosen STIE Widya Dharma, Pontianak)



“Ketika ayah saya meninggal, kami bingung dan tidak tahu bagaimana tata cara penguburan Katolik. Ternyata banyak orang Katolik yang tidak paham hal itu. Setelah mengalami kebangunan rohani pasca retret di Cikanyere bersama The Anton dkk., saya bersama beberapa teman di Sel Bapak-bapak Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) berdiskusi. Selama ini, banyak kelompok pelayanan untuk orang sakit. Alangkah baiknya jika ada pula kelompok pelayanan untuk orang yang meninggal. Kami bawa gagasan itu ke Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia (PERDUKI). Berkat bimbingan Tuhan, YSC yang berfokus pada pelayanan untuk orang yang meninggal akhirnya terbentuk. Saya sangat bangga bisa bergabung dengan YSC. Setiap kali selesai pelayanan, saya merasakan kebahagiaan tersendiri karena bisa meringankan beban orang-orang yang sedang dilanda kebingungan dan duka.”
Yohanes Budiono
(Koordinator 2 Seksi Umum YSC)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dengan bahasa yang santun. Salam.........