Yayasan Santo Christoforus: Sahabat Keluarga Duka
Oleh : P. Petrus Rostandy, OFMCap
(Pastor Paroki Katedral, Pontianak)
Karya pelayanan untuk orang yang meninggal adalah karya yang
mulia. Dalam masyarakat ada kesan, pengurusan orang yang meninggal dijadikan
lahan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan material. Semua perlakuan terhadap
orang yang meninggal dikenakan harga. Untuk orang dengan kondisi ekonomi lemah,
hal itu seringkali dirasa memberatkan.
Di lain sisi, sebagian umat Katolik tidak tahu tentang
tatacara yang sesuai dengan tradisi Katolik untuk mengurus anggota keluarga
yang meninggal. Mereka bingung ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Yang
terjadi selama ini, mereka menyerahkan pengurusannya kepada pihak penjual jasa
yang mengurus hal itu. Akibatnya, di samping harus membayar mahal, tatacara
yang dipakai juga tidak sesuai dengan tradisi Gereja. Hal ini sangat
memprihatinkan.
Keberadaan Yayasan Santo Christoforus (YSC) merupakan jawaban dan solusi untuk masalah yang
memprihatinkan itu. YSC menawarkan pelayanan gratis dan melayani/mengurus umat
beriman yang wafat dengan tatacara Katolik. Banyak suara dari umat paroki yang
mengatakan bahwa YSC selama ini melayani dengan penuh kasih, hormat, dan bakti,
serta tanpa pamrih. Semoga komitmen yang baik ini bisa tetap dipertahankan. Di
samping secara nyata memberikan penghiburan dan meringankan beban keluarga duka,
karya pelayanan YSC juga dapat menjadi sosialisasi dan pembelajaran yang
efektif tentang tatacara Katolik dalam mengurus orang beriman yang meninggal
dunia.
Dalam waktu yang relatif singkat (3 tahun), YSC sudah sangat
dikenal oleh warga Katolik di kota Pontianak maupun di luar Pontianak. Ini
berarti karya pelayanan YSC telah
terbukti sangat membantu keluarga yang dilanda duka. Sebagai Pastor Paroki
Katedral (sejak Juli 2009), saya sangat terbantu dengan karya kerasulan awam
ini. Semoga YSC tetap setia melayani umat dengan semboyan dari umat untuk umat,
tanpa membeda-bedakan kedudukan sosial dan budaya.
Dengan penuh rasa syukur atas keberadaan gerakan ini, saya
atas nama umat Paroki Katedral mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-3 untuk YSC.
Tuhan memberkati semua anggota YSC agar tetap teguh dan gigih melaksanakan
karya pelayanan dengan setia dan sukacita.*****
|
Oleh : P. Sonny Wengkang, MSC.
(Pastor Paroki Stella Maris, Siantan)
(Pastor Paroki Stella Maris, Siantan)
Melayani orang meninggal??? Melayat dan mendoakan orang meninggal??
Gak ah...., saya takut. Ngeri. Amit-amit. Orang lain aja. Oh.. si anu atau si
ani saja, karena mereka sudah biasa untuk itu. Inilah jawaban atau reaksi
kebanyakan orang.
Sebagai pastor paroki, tentu tidak bisa menghindar atau
mengatakan tidak bisa. Suka tidak suka, inilah salah satu tugas pelayanan yang
harus dilakukannya di tengah umat beriman yang dipercayakan kepadanya. Sangat
disadari bahwa dalam menjalankan tugas ini tidak bisa sendiri. Dibutuhkan
kerjasama dengan pihak lain, yaitu umat beriman sendiri.
Syukur kepada Tuhan ada sekelompok Umat Beriman Awam Katolik
di Kota Pontianak, yang terpanggil dan sukarela mengambil bagian dalam salah
satu tugas pelayanan Gereja ini. Saya menyambut dengan gembira dan
memberikan dukungan yang penuh kepada Bapak, Ibu, Saudara-Saudariku. Kehadiran
Yayasan Santo Christoforus yang secara khusus memberi perhatian pada pelayanan
ini sangat dibutuhkan, bukan saja oleh keluarga-keluarga kristiani yang
membutuhkan pada saat itu, tetapi pastor, pengurus paroki, pengurus kring atau
lingkungan sangat terbantu. Maka pada kesempatan Perayaan 3 Tahun hadirnya YSC
ini dari hati yang dalam, saya hanya mampu mengatakan "Terimakasih Tuhan,
Engkau telah memberikan kepada Gereja, khususnya di sekitar Kota Pontianak ini
Kaum Beriman Awam yang suka rela, antusias dan terlebih dengan dilandasai
oleh iman yang satu dan sama kepada Yesus Kristus hendak mengambil bagian
aktif dalam pelayanan Gereja khususnya untuk pelayanan orang meninggal".
Selamat dan profisiat.
Sebagai masukan atau catatan kritis saya adalah: hendaklah
selalu diperhatikan dengan sungguh dalam perayaan-perayaan liturgis orang
meninggal, entah dalam Misa Requiem pada malam sebelum dan atau pada saat hari
pemakaman; misa atau ibadat peringatan arwah (3, 7, 40, 100, setahun atau 100
hari) tetap mempertahankan ciri khas, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan Gereja
Katolik, misalnya doa-doa, nyanyian yang dipergunakan dan juga suasana misa
atau peribadatan Katolik yang selalu sakral dan kusuk. Gereja telah
menyediakan nyanyian-lagu misa atau ibadat untuk arwah. Hendaklah
kita dapat mempergunakannya. Hendaklah kita tidak gampang terpengaruh dengan
ungkapan bahwa lagu-lagu Gereja Katolik tidak bagus dan sulit dan oleh karena
itu lalu diganti dengan lagu-lagu yang tidak lebih sebagai lagu pop rohani yang
tidak cocok dan dan kena dengan suasana. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan
mempertahankan iman dan tradisi Katolik kita?
Akhirnya, atas nama umat paroki yang saya layani, saya
mengucapkan terima kasih kepada YSC atas pelayanannya. Kiranya Tuhan
memberkati, meneguhkan anda sekalian dalam karya pelayanan ini, yang secara
manusiawi tidak mudah dan gampang, tapi agung dan mulia di hadapan Tuhan karena
dilakukan dengan gembira, tulus hati dan penuh iman oleh hamba-hamba-Nya yang
tidak lain hanya melakukan kehendak-Nya saja. Profisiat dan Tuhan
memberkati.*****
|
Terima
Gratis, Memberi pun Gratis
Oleh: P. Samuel Djumen,
OFMCap
(Pastor Paroki Gembala
Baik, Pontianak)
Pada awal munculnya Yayasan Santo
Christoforus (YSC) yang secara khusus melayani orang yang meninggal, timbul
banyak tanda tanya, kekhawatiran, keraguan dalam hati saya. Perasaan itu muncul
karena pada saat itu, saya masih kurang/belum memahami bagaimana bentuk
pelayanan ini dan di mana batas serta wilayah pelayanannya agar tidak tumpah
tindih dengan wadah lain. Namun sesudah melihat sendiri kegiatan YSC dari hari
ke hari, perlahan-lahan saya mulai mengerti. Ketika dibutuhkan bantuannya,
anggota YSC bergerak cepat, setia mendampingi, menunggu, ikut ambil bagian dalam
perayaan misa, menyiapkan segala keperluan untuk ibadat/misa, menghibur dan
melayat sampai selesai seluruh acara. Pelayanan seperti ini sungguh sangat
menghibur dan meringankan beban kesedihan keluarga yang sedang berduka.
Kesetiaan, kesabaran, dan disiplin waktu para anggota YSC cukup teruji. Sebagai
pastor Paroki Katedral (pada waktu itu), saya betul merasa diringankan dan
dibantu oleh pelayanan YSC.
Saya merasa gerakan ini sungguh didorong
oleh Roh Allah untuk menghasilkan buah-buah dan karunia di tengah jemaat.
Mereka memberi diri untuk melayani pelayanan doa, menghias peti, mengangkat
jenazah, menyediakan ambulance untuk mengantar jenazah ke gereja dan pemakaman.
Semuanya itu dilakukan dengan cuma-cuma, tak perlu biaya. Salah seorang anggota
pernah mengutip Mat. 10:8 dan berkata kepada saya: “Kami telah terima segalanya
dari Tuhan dengan cuma-cuma, maka kami pun harus memberi dengan cuma-cuma.”
Penghayatan iman seperti ini amat saya kagumi.
Dalam kesempatan ulang tahun ke-3 YSC
ini, saya berharap gerakan ini bisa terus dilanjutkan dan dikembangkan. Untuk
dapat menjadi gerakan yang berkelanjutan, YSC harus selalu ingat dan memelihara
api Roh Tuhan yang sejak awal menggerakkan karya pelayanan ini. Selama YSC
tetap mengandalkan kekuatan Roh Allah dan mendasarkan setiap karya dengan
tujuan hanya untuk kemuliaan Allah, maka saya yakin, gerakan ini akan terus
berkembang. Dalam perjalanan waktu, sejauh pengamatan saya, YSC sendiri
menyadari perlunya perbaikan terus-menerus di dalam menggalang kerja sama dengan
pihak-pihak terkait. Ini sikap positif yang harus dipelihara oleh organisasi
mana pun. Hendaknya YSC terus menjaga komitmen untuk melayani dengan kasih,
suka cita, dan rendah hati. Semuanya untuk kemuliaan Tuhan saja. Kata-kata
mutiara yang tercantum dalam formulir YSC: “Membedakan Pekerjaan atau
Pelayanan” sangat inspiratif, bisa sering-sering direnungkan dan dihayati.
Akhir kata, selamat berulang tahun yang
ke-3. Semoga YSC semakin teguh dan gigih menyampaikan Kabar Baik (Injil)
melalui karya nyata untuk orang yang dilanda duka. Berkat dan rahmat Allah
menyertai saudara semua.*****
|
HUT KETIGA
YAYASAN SANTO CHRISTOFORUS (YSC)
2007 – (15
Juni) – 2010
Oleh : P. Bernard Lam, OFMCap
(Pastor Paroki Santo Paulus – Balai Karangan)
(Pastor Paroki Santo Paulus – Balai Karangan)
Mengapa “YSC” cepat dikenal?
Sebutan “YSC” sudah
tidak asing lagi bagi sebagian besar umat Katolik di Pontianak. Orang langsung
mengerti, “YSC” nama lengkapnya ialah
“Yayasan Santo Christoforus”. Heran, mengapa sebutan atau
istilah “YSC” begitu cepat dikenal orang? Saya yakin karena kegiatan sosialnya
yang sangat positif, memberi pelayanan bagi saudara-saudara yang meninggal
dunia. Dengan demikian saudara-saudara yang berduka merasa terhibur. Pelayanan
semacam ini merupakan kerasulan yang
cukup efektif. Orang yang sedang berduka
sangat merasakan sapaan yang menguatkan
hati. Seperti kata St. Paulus, “Bersukacitalah dengan orang-orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Roma 12:15).
“YSC” bagaikan pohon palma bertumbuh
subur
Berbicara tentang “YSC”, hendaknya kita juga merenungkan
riwayat hidup pelindungnya, yaitu Santo Christoforus.
Salah satu perikop dari riwayat hidupnya, kita dapat sebagai berikut:
Suatu hari ia
memikul seorang anak kecil di pundaknya untuk melewati sungai tersebut. Namun
anehnya, anak kecil yang seharusnya mampu diangkatnya dengan satu jari ini kini
bertambah berat dan berat. Christoforus merasa seakan-akan ia kini sedang
memikul seluruh dunia di atas pundaknya. Setelah tiba di seberang sungai sang
anak kecil itu menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan, Pencipta dan Penebus seluruh
alam raya. Untuk membuktikan hal ini, Yesus menyuruh Christoforus untuk
menanamkan sesuatu di dalam tanah. Pagi berikutnya ketika Christoforus datang
melihatnya, sebuah pohon palma telah bertumbuh subur di atas tanah tersebut
dan menghasilkan buah-buahnya. Kisah peristiwa mukjizat ini akhirnya
tersebar dan menarik begitu banyak orang yang pada akhirnya percaya akan
Kristus. Nama Christoforus secara
harafiah berarti "pemikul Kristus" (Christ-bearer). Nama ini berasal dari kata Yunani "Christos" (Kristus) dan "pherein" (memikul).
YSC merupakan suatu kerasulan awam. Bagaikan
Kristus yang menyuruh YSC, seturut teladan pelindungnya, menabur benih-benih
kebaikan dengan memberi per-hati-an bagi orang-orang yang berduka, kini dalam
usianya yang ketiga bagaikan sebuah pohon palma bertumbuh subur.
Kerasulan yang menyentuh
Ada
orang-orang yang semula belum Katolik, yang saudaranya Katolik meninggal dunia, mendapat
pelayanan YSC. Yang belum Katolik merasa tersentuh dengan pelayanan
tersebut lalu masuk Katolik dan malahan menggabungkan diri pada YSC.
Beberapa kali
terjadi, di mana ada umat paroki yang baru saja meninggal dunia, saya menelpon
anggota dari YSC. Cepat sekali kelompok YSC sudah tiba dan memberikan pelayanan
yang diperlukan. YSC bagaikan
“SIMATUPANG”= SIang MAlam TUnggu PANGgilan.
Bagi orang
yang berduka, bisa saja bingung, tidak tahu apa yang harus dibuat, tetapi YSC
memberi kesejukan hati, memberi solusi, sehingga mereka yang berduka merasa di
saat-saat susah, ada yang menemani.
Pantaslah
kita memberi penghargaan yang tinggi bagi
YSC yang dengan kompak dan bersemangat bergabung dengan umat
kring/paroki hadir pada misa atau ibadat arwah di rumah-rumah duka. Ingat
kata-kata orang bijak, “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah
pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang
hidup memperhatikannya.” (Pengkhotbah 7:2)
Pengalaman-pengalaman
ini merupakan kerasulan yang menyentuh banyak orang. “Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat.
5: 16)
Selamat HUT
ke-3 YSC. Semoga YSC tetap kompak dan bersemangat dalam melayani. Upahmu besar
di surga. Tuhan memberkati pelayanan Anda sekalian. VIVA – YSC!!!*****
|
KESAN DAN PESAN
Oleh
: P. Innocentius Sialim, OFMCap
Pertama-tama,
pastor secara pribadi mengucapkan selama ulang tahun, maju terus pantang
mundur, berkat Tuhan melimpah bagi setiap orang yang hidup dan berjalan dalam
kasih-Nya, yang dibagikan bagi sesama, terutama mereka yang sungguh sangat
membutuhkan pertolongan, seperti keluarga yang berduka. Amin.
Sedikit
sekilas balik, awal pastor bertugas di Kota Pontianak, tepatnya di Paroki Gembala
Baik, mulai akhir tahun 2001. Waktu itu, pastor banyak mendengar dari cerita
pastor sebelumnya, bahwa 20 – 30 tahun lampau, di Paroki Gembala Baik, sangat
terkenal group pemadam kebakaran dan group sosial yang mengurus orang meninggal
(yang de facto masa itu, semua orang Tionghoa, dan belum ada yayasan kematian
dari marga). Cukup berkembang dan sangat membantu. Tetapi dalam perjalanan
waktu, dan alih generasi, group ini hilang lenyap karena berkembangnya
yayasan-yayasan marga dan yayasan-yayasan lain. Dalam banyak segi yayasan ini
sangat membantu, terutama mereka yang masuk yayasan tersebut. Namun di pihak
lain, ada banyak hal yang dipertanyakan dan memprihatinkan, apalagi yang tidak
masuk dalam yayasan marga. Dan bagi orang Katolik dan dari suku lain atau
daerah lain, apalagi miskin, tentu urusan yang satu ini sangat repot.
Maka, sejak
tahun 2002 mulai aktif melayani di Paroki Gembala Baik, pastor mempunyai
“mimpi”, apa tidak baik, di tengah kota seperti di Pontianak ini kita
memikirkan kembali satu kelompok pemerhati dan sosial, agar semua orang (semua
suku dan tingkat hidup masyarakat, lebih-lebih yang miskin) mendapat kehormatan
yang sama dalam urusan kematian ini, karena yang meninggal itu sama-sama
manusia (entah kaya atau miskin, dll). Mengapa pastor katakan demikian? Karena
pastor berangkat dari keprihatinan pengalaman melayani keluarga yang berduka di
yayasan marga. Pastor lebih melihat sesuatu yang memprihatinkan, soal ritus
(berkat jenazah, tutup peti, pemberangkatan, dll) yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan ajaran agama Katolik.
Namun sejak
beberapa tahun terakhir ini, waktu pastor sudah pindah tugas ke Seminari San Lorenzo, dan terutama sebagai
Pastor Paroki Santa Sesilia, merasa bangga dan senang, akhirnya “mimpi” dan doa
terwujud, karena ada bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudari pemerhati dan
kasih Yesus Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, dapat
memperhatikan dan membantu orang-orang dari keluarga yang berduka.
Pastor
sendiri alami, YSC sungguh sangat membantu dari kelebihan maupun kekurangan,
bahkan dari keterbatasan waktu dan kesibukannya. Dari sinilah kita mewujudkan
pesan Injil : Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).
Pastor
berharap, YSC jaya terus. Biarlah Yesus semakin besar dan dimuliakan, maju
terus pantang mundur, meski kita tidak bisa menghindari segala halangan,
tantangan dan masalah yang datang dari Pastor Paroki, umat umum, keluarga
berduka, maupun anggota YSC sendiri. Namanya kerja untuk sosial, tentu bukan
sesuatu yang enak dan gampang. Maka yang paling penting, setiap anggota YSC
harus membina komitmen yang baik, kekompakan, sehati dan sesuara. Tinggalkan
kepentingan atau keuntungan diri apalagi mencari popularitas, karena rendah
hati lebih besar pahalanya. Tuhan sendiri yang akan menghitung dan melengkapi
segala yang patut diberikan kepada kita. Anugerah dan berkat.
Seperti orang
berduka atas meninggalnya anggota keluarga, masih mesti mengurus dengan tuntas
ritus-ritus. Demikian juga YSC harus terus maju sekalipun “menanggung beban
duka” dari banyak pihak. Ritus berjalan baik dan lancar, orang beriman lurus
jalannya ke Surga, tentu menjadi berkat dan jalan terbaik dalam kehidupan kita
semua karena “Yesus adalah jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6).
Pastor berdoa untuk YSC dan seluruh anggotanya, dengan berkata berlimpah. Amin.*****
|
Berkat
Pelayanan YSC, Saya Bangga Menjadi Katolik
Oleh : Marius Lim Tau Ui
Pada awalnya
saya tidak tahu apa itu Yayasan Santo Christoforus, tetapi saya tahu ada
yayasan ini karena sering melihat mobil ambulannya di jalan raya. Saya pikir
itu mobil ambulan komersil milik salah satu g
Hingga pada
suatu hari, salah satu anggota keluarga kami meninggal, yaitu bapa mertua saya.
Pada waktu itu kami mengalami kebingungan tidak tahu harus berbuat apa, dan
juga tidak tahu harus menghubungi siapa untuk mengurus jenazah tersebut. Saat
kami mengalami kebingungan, ada seorang teman yang memberikan saya nomor
telepon Anton dan diberitahu bahwa itu adalah anggota dari Yayasan Santo
Christoforus, sebuah yayasan milik Gereja Katolik yang khusus membantu umat
Katolik yang meninggal dan semua dilakukan secara gratis. Mendengar itu saya
masih ragu-ragu, dalam hati saya berkata : “Masa di zaman seperti sekarang ini
masih ada yang gratis.”
Karena lagi
bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, maka saya menelpon Anton. Setelah
saya beritahukan ada keluarga yang meninggal dan perlu bantuan pelayanan, tak
lama kemudian Anton sudah sampai di rumah duka. Kami kemudian mendengar apa
yang dijelaskan Anton tentang pelayanan yayasan ini, sehingga kami menjadi
tidak ragu bahwa inilah yayasan yang harus kami minta bantuannya.
Setelah
melihat pelayanan yang diberikan oleh para anggota YSC, hati seluruh keluarga
kami merasa terharu, di mana mereka semua melayani dengan kasih, tidak
memandang status dan ekonomi, padahal sebelumnya kami tidak saling kenal. Dan
pada saat itu saya merasa bangga menjadi orang Katolik, karena sungguh-sungguh
saya bisa merasakan, bahwa sebagai orang Katolik, dalam segala hal kami tidak
sendiri, ada saudara seiman yang datang melayani dan membagi kasih kepada kami.
Setelah bapa mertua saya dimakamkan, saya memutuskan untuk menjadi anggota
Yayasan Santo Christoforus, agar saya juga bisa melayani mereka yang berduka,
seperti kami pernah dilayani di saat berduka.
Berhubung sekarang
saya sedang kerja di Kota Ketapang, untuk sementara, saya tidak bisa aktif. Tetapi
doa saya selalu menyertai YSC, agar YSC tetap eksis melayani karena
sungguh-sungguh kehadirannya bisa membantu dan meringankan beban keluarga yang
sedang berduka. Selamat Ulang Tahun YSC yang ke-3, terus wartakan kasih Tuhan
lewat pelayanan. Tuhan memberkati!*****
|
“Yang dikehendaki Tuhan Allah dan dunia bukanlah pekerjaan
luar biasa, namun pekerjaan biasa yang sungguh dilakukan dengan cara luar
biasa. Oleh sebab itu, bekerjalah dengan tekun karena bekerja itu sendiri sudah
mempunyai nilai. Saudara-saudara Yayasan Santo Christoforus, pelayanan yang
telah Anda berikan telah menuai pahala menuai pahala abadi di surga. Selamat
Ulang Tahun ke-3, berkat Tuhan senantiasa hadir dalam tugas dan karya saudara
sekalian.”
Pastor Kanisius Rudy
Saleh, CDD.
“Selamat Ulang Tahun untuk Yayasan Santo Christoforus (YSC).
Selamat melayani Tuhan dan sesama. Seperti arti “Christoforus”, semoga tetap
menjadi “Sang Pembawa Kristus”. Tuhan memberkati.”
Pastor Stephanus
Gathot P., OFMCap.
Yayasan Santo Christoforus (YSC) luar
biasa dan patut diacungi jempol karena menyentuh sisi pelayanan sakral dan
mulia yang banyak orang tidak mau atau tidak tahu melakukannya. Terima kasih
buat YSC dan anggota-anggotanya yang sungguh sudah menghadirkan kasih Yesus
secara nyata melalui penghiburan bagi keluarga yang berduka. Anda adalah
malaikat hidup yang belum bersayap. Selamat Ulang Tahun ke-3. Profisiat, Maju
terussss!!!!
Sunardi
Ginting, SE., MM.
(Dosen
STIE Widya Dharma, Pontianak)
“Ketika ayah saya meninggal, kami bingung dan tidak tahu
bagaimana tata cara penguburan Katolik. Ternyata banyak orang Katolik yang
tidak paham hal itu. Setelah mengalami kebangunan rohani pasca retret di
Cikanyere bersama The Anton dkk., saya bersama beberapa teman di Sel
Bapak-bapak Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) berdiskusi. Selama ini, banyak
kelompok pelayanan untuk orang sakit. Alangkah baiknya jika ada pula kelompok
pelayanan untuk orang yang meninggal. Kami bawa gagasan itu ke Persekutuan
Doa Usahawan Katolik Indonesia (PERDUKI). Berkat bimbingan Tuhan, YSC yang
berfokus pada pelayanan untuk orang yang meninggal akhirnya terbentuk. Saya
sangat bangga bisa bergabung dengan YSC. Setiap kali selesai pelayanan, saya
merasakan kebahagiaan tersendiri karena bisa meringankan beban orang-orang yang
sedang dilanda kebingungan dan duka.”
Yohanes
Budiono
(Koordinator
2 Seksi Umum YSC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan bahasa yang santun. Salam.........